Pernahkah Anda merasa gelisah saat tidak memegang ponsel, khawatir ketinggalan berita atau tren terbaru? Atau mungkin, Anda pernah melakukan sesuatu hanya karena semua orang melakukannya? Fenomena ini dikenal sebagai Fear of Missing Out (FOMO)—ketakutan akan kehilangan momen berharga yang dialami orang lain. Tapi, apa sebenarnya yang membuat kita begitu takut tertinggal? Apakah ini sekadar keinginan untuk mengikuti tren, atau ada ketakutan yang lebih mendalam tentang makna hidup kita?
Tag: kesehatan mental

Bernapas sekilas terlihat sebagai kegiatan yang sederhana dan seringkali tidak kita sadari secara penuh. Padahal, kemampuan mengelola napas dengan cara yang tepat ternyata dapat menghasilkan dampak yang baik bagi kondisi fisik maupun psikologis kita. Terdapat sejumlah teknik dan metode pernapasan yang dapat meningkatkan tidak hanya kesehatan fisik, melainkan juga psikis dan mental. Bagaimana caranya?

“Stres”, makhluk apakah itu? Hampir setiap orang pernah menyebutnya. Stres ada dan dibutuhkan bagi manusia untuk bertumbuh dan berkembang. Ia adalah bagian dari kehidupan. Beberapa keadaan dapat menjadi sumber stres yang bersifat terus menerus dan melelahkan, seperti relasi yang negatif dengan keluarga dan teman sehari-hari, aktivitas sekolah/akademis/pekerjaan, perilaku diskriminatif, dsb. Beberapa juga berkaitan dengan rutinitas harian seperti kemacetan, hal-hal administrasi, keamanan di lingkungan rumah atau lingkungan tempat seseorang beraktivitas. Beberapa kejadian juga bersifat di luar kontrol manusia, seperti kematian dan bencana.

Dunia dan kondisi saat ini mengharuskan kita produktif, baik itu untuk menghasilkan barang dan jasa, ataupun untuk memenuhi tuntutan tugas yang berujung pada keuntungan atau profit. Dalam upaya untuk menjadi produktif, tidak jarang kita bekerja tanpa mengenal waktu, lembur, mengabaikan batasan sehat, hingga melupakan istirahat. Hal tersebut bisa bersumber dari faktor eksternal seperti tuntutan dan daftar tugas dari orang lain atau berasal internal, dari diri sendiri, seperti mengkhawatirkan tugas yang tidak selesai, dan juga kemungkinan mengecewakan orang lain. Dampak yang dirasakan pun beragam, mulai dari keluhan fisik ringan, penyakit tertentu atau masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan stres yang berkepanjangan. Lalu, apakah hal ini harus dibiarkan? Ada solusi untuk permasalahan yang efektif untuk produktif? Metode yang bisa kita coba adalah dengan melakukan jeda dan rehat.

Menurut beberapa artikel penelitian, manusia memiliki 6.000 lebih pikiran yang muncul dalam satu hari dan hampir sebagian besar pikiran tersebut berisi pemikiran negatif yang dapat memunculkan emosi negatif. Biasanya pikiran negatif yang muncul dapat berkaitan dengan penyesalan masa lalu, pengalaman negatif, atau berkaitan juga dengan kekhawatiran di masa depan. Pikiran-pikiran ini kadang muncul begitu saja, entah dari mana, dan kadang kita tidak sempat juga untuk memikirkan apa sebenarnya maksud dari pikiran tersebut. Kondisi ini terkadang membuat kita menjadi tidak fokus dan optimal untuk mengerjakan hal-hal penting yang harusnya kita utamakan.

Sepanjang masa pandemi Covid-19 dari awal tahun 2020 hingga awal tahun 2022 terdapat sejumlah peristiwa tragis yang berkaitan dengan kasus bunuh diri. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia selama pandemi ini di antaranya, kasus siswa SMP di Tarakan yang tewas bunuh diri di kamar mandi rumah, lantaran stres tugas menumpuk semasa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Kemudian, kasus bunuh diri seorang ibu rumah tangga di Wonogiri lantaran stres terlilit hutang dan terus menerus mendapat teror dari penyedia jasa pinjaman online (pinjol). Selanjutnya masih kasus yang serupa yaitu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh pasien COVID-19 berusia 43 tahun di Rumah Sakit Haji, Surabaya. Polisi menduga bahwa, pasien mengalami stres dikarenakan tertular virus COVID-19 dan harus menjalani isolasi dengan ketat.

Kintsugi atau kintsukuroi merupakan suatu kesenian Jepang yang cukup populer. Satu hal yang unik dari seni kintsugi ini, pengrajin menggunakan barang-barang keramik atau tembikar yang telah pecah atau rusak, kemudian kepingan pecahan tersebut diperbaiki kembali dengan cara direkatkan menggunakan emas atau perak. Siapa sangka barang keramik yang telah rusak kini dapat dipakai kembali, bahkan menjadi lebih indah dan bernilai dibandingkan sebelumnya? Kerajinan kintsugi ini walaupun terlihat sederhana, tetapi sebenarnya memiliki makna dan filosofi yang dalam, salah satunya adalah mengenai resiliensi.

Saat ini isu kesehatan mental terus digaungkan oleh berbagai pihak, kita dapat melihat saat ini banyak sekali layanan kesehatan mental berbasis daring dengan berbagai macam tawaran layanan psikologi yang dapat diberikan, mulai dari yang gratis hingga bertaraf. Sebut saja Riliv, Pijar Psikologi, Ibunda.id, dan Berbagicerita.id merupakan platform layanan konseling psikologi berbasis psikologi. Tawaran yang diberikan pun juga tidak kalah menarik mulai dari konseling gratis selama 45 menit hingga 60 menit, layanan konseling berbasis teks hingga video call, dan dari bayar semampunya hingga bertarak 100.000 ke atas. Di sisi lain kita dapat melihat isu-isu kesehatan mental pun juga sudah mulai kerap dibahas oleh berbagai media nasional, dari TV, radio, hingga para youtuber mulai tergerak membahas mengenai kesehatan mental.

Setiap individu akan merasa sedih ketika kehilangan orang yang dicintai ataupun menerima kabar buruk dari orang terdekat individu tersebut. Pada anak-anak, kesedihan akan lebih bersifat umum, seperti sedih ketika dilarang bermain oleh orang tua ataupun tidak diberi uang jajan. Setiap individu dengan rentang usia yang berbeda-beda, maka akan berbeda pula sumber kesedihannya. Selama seorang individu masih hidup, maka kesedihan bisa datang di waktu-waktu yang tidak terduga.