Di era ketika karier dan kebebasan pribadi sering menjadi prioritas, semakin banyak anak muda memilih hubungan tanpa status (HTS) – sebuah bentuk relasi romantis tanpa label komitmen, maupun tujuan jangka panjang. Data BPS menunjukkan penurunan angka pernikahan di Indonesia sebesar 7,5% pada 2022, yang mencerminkan perubahan nilai sosial yang signifikan. Apa sebenarnya yang membuat hubungan tanpa ikatan ini begitu menarik, sekaligus berpotensi menyakitkan?

Baca lebih lanjut

Pernahkah Anda merasa gelisah saat tidak memegang ponsel, khawatir ketinggalan berita atau tren terbaru? Atau mungkin, Anda pernah melakukan sesuatu hanya karena semua orang melakukannya? Fenomena ini dikenal sebagai Fear of Missing Out (FOMO)—ketakutan akan kehilangan momen berharga yang dialami orang lain. Tapi, apa sebenarnya yang membuat kita begitu takut tertinggal? Apakah ini sekadar keinginan untuk mengikuti tren, atau ada ketakutan yang lebih mendalam tentang makna hidup kita?

Baca lebih lanjut

Konser musik seharusnya menjadi momen penuh euforia dan kebersamaan, tetapi bagaimana jika kegembiraan itu berubah menjadi kerusuhan? Inilah yang terjadi pada konser Bring Me The Horizon (BMTH) di Jakarta, 10 November 2023 yang lalu. Setelah hanya 45 menit berlangsung, konser terpaksa dihentikan karena masalah teknis. Alih-alih pulang dengan tenang, penonton merespons dengan kemarahan: botol minuman beterbangan, properti konser dirusak, dan panggung diserbu. Apa yang membuat sekelompok orang yang datang untuk bersenang-senang tiba-tiba berubah menjadi agresif secara kolektif?

Baca lebih lanjut

Kasus pembunuhan di Palembang oleh empat remaja beberapa waktu lalu menjadi alarm mengerikan tentang bagaimana paparan konten kekerasan dan pornografi bisa berpotensi memicu perilaku kriminal. Meski tidak semua konsumsi pornografi berujung kekerasan, kombinasi faktor seperti tekanan teman sebaya, minimnya pengawasan, dan ketidakstabilan emosional dapat menjadi “bom waktu” bagi remaja yang otaknya masih berkembang. Lalu, bagaimana pornografi mengubah cara otak bekerja, hingga memicu risiko kekerasan seksual?

Baca lebih lanjut

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang antusias bercerita, tapi tiba-tiba teralihkan oleh hal lain? Atau teman yang selalu ingin bergerak, sehingga kerap dianggap “tidak bisa diam”? Bisa jadi, itu adalah bagian dari gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Gangguan ini tidak hanya tentang kesulitan fokus atau hiperaktif, tapi juga memengaruhi cara seseorang berinteraksi sosial. Bagaimana ADHD menghambat keterampilan bersosialisasi, dan adakah harapan untuk memperbaikinya?

Baca lebih lanjut

Tidak semua hubungan romantis berjalan mulus. Awalnya mungkin terasa indah, penuh perhatian dan janji setia. Namun, seiring waktu, beberapa hubungan justru berubah menjadi penuh kontrol dan kekerasan. Yang mengejutkan, meskipun mengalami perlakuan buruk, beberapa korban tetap bertahan dan bahkan membela pasangannya. Fenomena ini dikenal sebagai Stockholm Syndrome.

Baca lebih lanjut

Pernahkah Anda atau teman Anda membeli merchandise K-Pop hanya karena ingin mengoleksi photocard idola, padahal sebenarnya tidak terlalu membutuhkannya? Perilaku ini mungkin terdengar akrab di kalangan penggemar musik Korea, tetapi tahukah Anda bahwa hal tersebut bisa menjadi bagian dari pembelian kompulsif? Apa itu pembelian kompulsif? Mari selami lebih dalam mengapa kita—atau orang di sekitar kita—terkadang sulit mengontrol keinginan belanja saat menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan idola favorit!

Baca lebih lanjut

Pemerintah era Prabowo Subianto tampaknya akan mengganti orientasi pendidikan tinggi di Indonesia. Jika pemerintahan sebelumnya pendidikan tinggi berkutat dengan tenaga terampil atau ahli, plus capaian internasionalisasi (yang ternyata bukan perkara mudah), menjadi “yang berdampak kepada masyarakat”. Hal ini yang kemudian dioperasionalkan menjadi “belanja masalah pada masyarakat”. Banyak lulusan yang memiliki kompetensi tinggi, tapi industri belum secanggih yang dibayangkan lulusan. Dengan demikian yang dibutuhkan sarjana yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Baca lebih lanjut

Rusia yang saat ini tengah melakukan peperangan dengan Ukraina menunjukkan kapasitas diri yang patut diperhatikan. Rusia mampu melakukan peperangan tanpa jeda selama hampir tiga tahun (sejak mulai Februari 2022). Sebagaimana alasan utama Rusia memulai aksi ini sebagai langkah pertahanan diri dari Eropa bagian barat dan Amerika Serikat. Lalu, apa kaitannya dengan agama?

Baca lebih lanjut