Emosi sosial menjadi penilaian terhadap cara berperilaku, berpikir, dan berperasaan dalam berinteraksi antar sesama manusia. Salah satu yang termasuk kelompok emosi sosial dalam konteks interpersonal yaitu rasa malu. Rasa malu dapat dijadikan sebagai barometer moral yang mengindikasikan baik atau buruknya perilaku dan karakter seseorang, yang digunakan untuk mendapatkan feedback dari publik sebagai penerimaan sosial untuk mencegah adanya social exclusion atau pengucilan sosial.
Di dalam ilmu Psikologi, rasa malu dibagi menjadi dua, yaitu embarrassment dan shame. Embarrassment dan shame memiliki definisi yang sama yaitu reaksi emosional yang tidak menyenangkan oleh individu terhadap penilaian negatif dari orang lain yang mengamati kelakuan buruk individu dan dapat menghilangkan rasa hormat. Embarrassment juga memiliki kesamaan reaksi umum dengan shame. Namun, embarrassment pada dasarnya lebih memiliki keterkaitan dengan public exposure atau paparan publik, dibandingkan dengan shame.
Public exposure ada yang bersifat implisit dan eksplisit. Explicit public exposure terjadi jika individu secara sadar mengetahui ada orang yang melihatnya melakukan suatu hal yang memalukan. Sementara, implicit public exposure terjadi saat individu beranggapan bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh banyak orang walaupun dirinya juga tidak memerhatikan sekitar dengan jelas, yang disebut juga sebagai spotlight effect. Nah, walaupun embarrassment dan shame memiliki persamaan terhadap definisi, namun mereka memiliki perbedaan yang jauh mengenai sebab dan akibat yang ditimbulkan.
Pengalaman embarrassment lebih singkat, dan perbuatan yang dilakukan serta konsekuensi yang diterima juga lebih ringan dibandingkan dengan shame. Respon yang dihasilkan seseorang yang embarrassed hanya akan merasa dirinya terlihat bodoh, sadar diri akan kesalahannya, dan menjadi canggung di muka umum. Reaksi emosi yang dihasilkan oleh embarrassment juga tidak akan bertahan lama. Sedangkan dalam shame, emosi yang dihasilkan akan jauh lebih menyakitkan dan bertahan lama, bahkan bisa hingga menyebabkan trauma. Shame lebih berkaitan dengan pelanggaran moral khususnya kesusilaan, sementara embarrassment lebih berkaitan dengan pelanggaran adab atau sopan santun dibandingkan dengan pelanggaran moral.
Embarrassment dan shame lebih bersifat publik dibanding privat. Meskipun kesalahan yang dilakukan secara publik maupun privat sama-sama dapat melukai hati nurani seseorang, namun orang akan lebih mudah menyembunyikan kesalahannya yang tidak diketahui oleh publik, dan cenderung kurang menonjol dalam ingatan dibandingkan dengan pengalaman publik. Hal ini dikarenakan pengalaman pribadinya kurang intens, sehingga dapat lebih mudah ditekan atau dilupakan.
Dalam hal ini, maka yang dibutuhkan adalah adanya moral emotion. Moral emotion merupakan suatu reaksi psikologis dan fisiologis dalam diri, yang berkaitan dengan baik atau buruknya suatu perilaku atau sikap yang dapat diterima oleh masyarakat. Moral emotion secara personal juga berguna untuk menyadarkan individu yang mengalaminya, khususnya terhadap kepatuhannya pada norma yang berlaku di masyarakat, terlepas dari pengawasan publik. Singkatnya, melakukan moral emotion secara privat dapat menumbuhkan mawas diri dan meningkatkan value dari diri individu terhadap kepekaannya pada lingkungan sekitar.
Kesimpulannya, moral emotion sangat penting dalam kehidupan bersosialisasi sebagai wujud kepedulian terhadap norma sosial yang berlaku di masyarakat, karena moralitas sendiri mencakup aturan-aturan yang memandu semua perlakuan individu terhadap orang lain dalam konteks interaksi sosial, sehingga hal ini dapat menjadi sinyal atau pengingat bagi diri individu agar tidak sampai melewati batas. Embarrassment dan shame dalam emosi sosial juga berguna untuk menyadarkan perilaku seseorang yang tidak bermoral, dibandingkan keasyikan melakukan hal yang tidak senonoh di tempat publik.
Artikel ini merupakan ringkasan dari artikel ilmiah “The role of public exposure in moral and nonmoral shame and guilt” oleh Smith, Webster, Parrott, & Eyre (2002) yang diterbitkan di jurnal Journal of Personality and Social Psychology.