Pernahkah Anda merasa ide-ide segar justru muncul saat sedang murung, bukan ketika bahagia? Atau sebaliknya, Anda lebih mudah menemukan solusi ketika sedang bersemangat? Ternyata, hubungan antara suasana hati dan kreativitas tidak sesederhana yang kita bayangkan. Sebuah riset menemukan bahwa suasana hati—baik positif maupun negatif—dapat memengaruhi kreativitas seseorang, tergantung pada tipe kepribadiannya: ekstravert atau introvert.

Riset ini dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Coastal Carolina University. Mereka melibatkan mahasiswa sebagai partisipan dan membaginya berdasarkan tipe kepribadian (ekstravert vs. introvert) menggunakan kuesioner singkat. Setelah itu, suasana hati peserta dimanipulasi dengan dua cara berbeda: menonton tayangan gambar yang bernuansa positif atau negatif, serta menuliskan pengalaman pribadi tentang hari terbaik atau hari terburuk dalam hidup mereka. Setelah suasana hati terbentuk, para peserta diminta menyelesaikan tugas pemecahan masalah kreatif, yaitu menghasilkan sebanyak mungkin ide solusi dari berbagai situasi dalam waktu empat menit. Jumlah ide unik yang dihasilkan menjadi ukuran kreativitas mereka.

Hasil penelitian ini cukup mengejutkan sekaligus konsisten dalam dua studi berbeda. Ekstravert terbukti lebih kreatif ketika sedang bahagia. Pada studi pertama, mereka mampu menghasilkan rata-rata 49 ide, hampir dua kali lipat dibandingkan saat sedang murung yang hanya menghasilkan 22 ide. Pada studi kedua, polanya tetap sama: ekstravert dalam suasana hati positif menghasilkan sekitar 17 persen lebih banyak ide dibandingkan ketika mereka berada dalam suasana hati negatif. Sebaliknya, introvert justru menunjukkan peningkatan kreativitas saat suasana hati mereka sedang buruk. Pada studi pertama, mereka menghasilkan sekitar 28 persen lebih banyak ide saat murung dibandingkan saat bahagia. Hasil ini semakin jelas terlihat pada studi kedua, ketika introvert yang berada dalam suasana hati negatif menghasilkan 45 persen lebih banyak ide dibandingkan introvert yang sedang bahagia.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Peneliti menjelaskan bahwa ekstravert cenderung mencari energi positif sebelum menghadapi tantangan. Mood bahagia membuat mereka lebih terbuka, spontan, dan berani melahirkan banyak ide. Sebaliknya, introvert tidak terlalu bergantung pada perasaan positif. Suasana hati yang negatif justru mendorong mereka berpikir lebih mendalam, lebih fokus, dan lebih kritis sehingga ide-ide yang muncul menjadi lebih beragam.

Temuan ini memberikan wawasan penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang cenderung ekstravert mungkin perlu menciptakan suasana menyenangkan terlebih dahulu sebelum memulai tugas kreatif, misalnya dengan mendengarkan musik yang ceria atau berbincang ringan dengan teman. Sebaliknya, bagi mereka yang introvert, suasana hati yang murung tidak perlu dianggap sebagai hambatan. Justru, momen tersebut bisa menjadi saat yang tepat untuk menulis, menggambar, atau mencari solusi dari masalah kompleks. Guru, dosen, maupun atasan di tempat kerja juga dapat memanfaatkan pemahaman ini untuk membantu individu bekerja dalam kondisi yang paling mendukung kreativitas mereka.

Kreativitas, pada akhirnya, bukan semata-mata soal suasana hati, tetapi juga tentang siapa diri kita. Ekstravert mungkin bersinar ketika bahagia, sementara introvert bisa menemukan kejeniusannya justru di tengah suasana hati yang murung. Jadi, daripada terus memaksakan diri untuk selalu merasa “happy” demi bisa produktif, lebih baik kita memahami kondisi terbaik masing-masing. Dengan begitu, setiap orang bisa menemukan jalan uniknya menuju kreativitas.

Artikel ini merupakan ringkasan dari penelitian “The Role of Mood and Personality Type on Creativity” oleh Paige D. Naylor, JongHan Kim, dan Terry F. Pettijohn III yang diterbitkan di Psi Chi Journal of Psychological Research.

Authors

Bagikan artikel ini

Artikel terkait