Pernahkah Anda atau teman Anda membeli merchandise K-Pop hanya karena ingin mengoleksi photocard idola, padahal sebenarnya tidak terlalu membutuhkannya? Perilaku ini mungkin terdengar akrab di kalangan penggemar musik Korea, tetapi tahukah Anda bahwa hal tersebut bisa menjadi bagian dari pembelian kompulsif? Apa itu pembelian kompulsif? Mari selami lebih dalam mengapa kita—atau orang di sekitar kita—terkadang sulit mengontrol keinginan belanja saat menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan idola favorit!
Dalam dunia psikologi, istilah pembelian kompulsif atau compulsive buying merujuk pada kebiasaan membeli barang secara berlebihan dan berulang, bukan untuk memenuhi kebutuhan, melainkan sebagai cara mengatasi emosi atau mengejar kepuasan sesaat. Lalu, mengapa fenomena ini begitu kuat terjadi di komunitas K-Pop? Ternyata, faktor seperti keterikatan emosional pada idola, tekanan sosial dalam fandom, atau bahkan kebiasaan “memberi hadiah” pada diri sendiri bisa menjadi pemicunya.
Perilaku membeli barang secara berlebihan dan tidak terkendali, seringkali dipicu oleh dorongan emosional seperti stres, kecemasan, atau keinginan untuk mendapatkan kepuasan sesaat. Perilaku ini tidak hanya terjadi pada fans K-Pop, tetapi juga dalam berbagai konteks konsumsi lainnya. Namun, dalam komunitas K-Pop, perilaku ini seringkali muncul karena keterikatan emosional yang kuat terhadap idola. Misalnya, fans mungkin membeli merchandise atau produk yang di-endorse oleh idola mereka, bukan karena mereka membutuhkannya, tetapi karena ingin merasa lebih dekat dengan idola tersebut.
Sebagai contoh, kolaborasi antara Oreo dan Blackpink beberapa waktu lalu menarik perhatian banyak fans. Banyak Blinks (sebutan untuk fans Blackpink) yang membeli produk Oreo tersebut bukan karena mereka menyukai biskuitnya, melainkan untuk mendapatkan photocard Blackpink yang disertakan dalam kemasan. Bahkan, beberapa fans membeli produk tersebut dalam jumlah banyak hanya untuk mengumpulkan photocard dari setiap member Blackpink. Hal ini menunjukkan bagaimana perilaku kompulsif dapat muncul dalam konteks fandom K-Pop.
Lalu, apa yang menyebabkan perilaku kompulsif ini muncul pada fans K-Pop? Beberapa penelitian mencoba untuk mengungkap alasan di balik perilaku tersebut dan menemukan 3 poin penting. Pertama, riset menemukan bahwa keterikatan emosional yang berlebihan terhadap selebriti (celebrity worship) dapat memicu perilaku kompulsif, termasuk pembelian merchandise atau produk yang terkait dengan idola. Studi ini menunjukkan bahwa fans K-Pop di Indonesia yang memiliki tingkat celebrity worship tinggi cenderung lebih mudah terpengaruh untuk melakukan pembelian kompulsif.
Selanjutnya, pembelian kompulsif sering muncul sebagai bentuk konformitas. Konformitas adalah kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan sikap dan perilakunya dengan standar kelompok agar diterima oleh kelompok tersebut. Dalam komunitas fans K-Pop, individu seringkali merasa perlu untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh anggota kelompok lainnya. Misalnya, jika teman-teman dalam kelompok fans membeli album atau merchandise tertentu, seseorang mungkin akan merasa terdorong untuk melakukan hal yang sama agar tetap diterima dalam kelompok tersebut.
Seseorang bisa juga menampilkan perilaku pembelian kompulsif sebagai self-reward, yaitu bentuk apresiasi terhadap diri sendiri atas pencapaian atau proses yang telah dilalui. Bagi fans K-Pop, membeli album fisik, photocard, atau merchandise lainnya bisa menjadi bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. Selain itu, hal ini juga dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap idola yang telah memberikan hiburan melalui musik dan konten mereka. Dengan membeli produk tersebut, fans merasa telah berterima kasih kepada idola mereka.
Jadi, apakah kalian termasuk fans K-Pop yang pernah melakukan pembelian kompulsif seperti contoh di atas? Perilaku ini sebenarnya wajar terjadi dalam konteks fandom, terutama jika didorong oleh faktor-faktor seperti celebrity worship, konformitas, dan self-reward. Namun, penting untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan dan tidak terbawa emosi saat membeli barang-barang terkait idola.
Dengan memahami faktor-faktor di balik perilaku kompulsif, kita bisa lebih sadar akan tindakan kita dan menghindari pembelian yang tidak perlu. Jadi, tetap dukung idola kalian, tapi jangan lupa untuk tetap bijak dalam berbelanja, ya!