Di era ketika karier dan kebebasan pribadi sering menjadi prioritas, semakin banyak anak muda memilih hubungan tanpa status (HTS) – sebuah bentuk relasi romantis tanpa label komitmen, maupun tujuan jangka panjang. Data BPS menunjukkan penurunan angka pernikahan di Indonesia sebesar 7,5% pada 2022, yang mencerminkan perubahan nilai sosial yang signifikan. Apa sebenarnya yang membuat hubungan tanpa ikatan ini begitu menarik, sekaligus berpotensi menyakitkan?

Baca lebih lanjut

Pernahkah Anda merasa gelisah saat tidak memegang ponsel, khawatir ketinggalan berita atau tren terbaru? Atau mungkin, Anda pernah melakukan sesuatu hanya karena semua orang melakukannya? Fenomena ini dikenal sebagai Fear of Missing Out (FOMO)—ketakutan akan kehilangan momen berharga yang dialami orang lain. Tapi, apa sebenarnya yang membuat kita begitu takut tertinggal? Apakah ini sekadar keinginan untuk mengikuti tren, atau ada ketakutan yang lebih mendalam tentang makna hidup kita?

Baca lebih lanjut

Di usia 3-6 tahun, anak prasekolah bagai spons yang menyerap segala hal di sekitarnya. Masa ini disebut the golden period—saat otak berkembang pesat, emosi mulai terbentuk, dan kepribadian mulai terlihat. Tapi bagaimana jika fondasi ini rapuh? Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) deni tahun 2013 menunjukkan, hampir 15% anak prasekolah di Indonesia mengalami masalah sosial-emosional seperti kecemasan atau agresivitas. Jika diabaikan, ini bisa menjadi bom waktu yang mengancam kesiapan mereka menghadapi dunia.

Baca lebih lanjut

Konser musik seharusnya menjadi momen penuh euforia dan kebersamaan, tetapi bagaimana jika kegembiraan itu berubah menjadi kerusuhan? Inilah yang terjadi pada konser Bring Me The Horizon (BMTH) di Jakarta, 10 November 2023 yang lalu. Setelah hanya 45 menit berlangsung, konser terpaksa dihentikan karena masalah teknis. Alih-alih pulang dengan tenang, penonton merespons dengan kemarahan: botol minuman beterbangan, properti konser dirusak, dan panggung diserbu. Apa yang membuat sekelompok orang yang datang untuk bersenang-senang tiba-tiba berubah menjadi agresif secara kolektif?

Baca lebih lanjut

Kasus pembunuhan di Palembang oleh empat remaja beberapa waktu lalu menjadi alarm mengerikan tentang bagaimana paparan konten kekerasan dan pornografi bisa berpotensi memicu perilaku kriminal. Meski tidak semua konsumsi pornografi berujung kekerasan, kombinasi faktor seperti tekanan teman sebaya, minimnya pengawasan, dan ketidakstabilan emosional dapat menjadi “bom waktu” bagi remaja yang otaknya masih berkembang. Lalu, bagaimana pornografi mengubah cara otak bekerja, hingga memicu risiko kekerasan seksual?

Baca lebih lanjut

Pernahkah Anda merasa lebih mudah marah atau enggan membantu orang lain setelah begadang semalaman? Ternyata, ini bukan sekadar perasaan subyektif. Sebuah penelitian menemukan bahwa kurang tidur secara signifikan mengurangi kemauan kita untuk berbuat baik, bahkan dalam tindakan sederhana seperti memegangi pintu untuk orang lain. Studi ini mengungkap mekanisme biologis di balik hubungan antara tidur dan perilaku prososial, menegaskan bahwa tidur bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi juga kunci untuk menjaga kemanusiaan kita.

Baca lebih lanjut

Pada bagian sebelumnya, kita sudah membahas bagaimana matematika sering kali dianggap menakutkan karena persepsi sosial dan tekanan eksternal. Namun, ketakutan ini juga dipengaruhi oleh cara matematika diajarkan sejak dini. Penting bagi anak untuk memiliki daya lenting atau resiliensi matematika. Apa itu dan bagaimana metode pengajaran bisa membangun “daya lenting matematika” (mathematical resilience) atau justru sebaliknya menumbuhkan kecemasan?

Baca lebih lanjut

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang antusias bercerita, tapi tiba-tiba teralihkan oleh hal lain? Atau teman yang selalu ingin bergerak, sehingga kerap dianggap “tidak bisa diam”? Bisa jadi, itu adalah bagian dari gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Gangguan ini tidak hanya tentang kesulitan fokus atau hiperaktif, tapi juga memengaruhi cara seseorang berinteraksi sosial. Bagaimana ADHD menghambat keterampilan bersosialisasi, dan adakah harapan untuk memperbaikinya?

Baca lebih lanjut

Di tengah persaingan global yang semakin ketat, pendidikan tinggi bukan hanya tentang gelar, tapi juga tentang kesempatan untuk mengubah hidup. Sayangnya, biaya pendidikan yang mahal sering menjadi tembok penghalang bagi banyak orang. Inilah mengapa beasiswa hadir sebagai “jembatan emas” untuk meraih mimpi. Tapi tahukah Anda bahwa beasiswa bukan sekadar uang tunai atau tiket kuliah gratis? Ada tanggung jawab besar di baliknya—sebuah tuntutan untuk membentuk kebiasaan belajar yang konsisten. Lalu, bagaimana hubungan antara beasiswa, motivasi, dan kedisiplinan belajar?

Baca lebih lanjut

Tidak semua hubungan romantis berjalan mulus. Awalnya mungkin terasa indah, penuh perhatian dan janji setia. Namun, seiring waktu, beberapa hubungan justru berubah menjadi penuh kontrol dan kekerasan. Yang mengejutkan, meskipun mengalami perlakuan buruk, beberapa korban tetap bertahan dan bahkan membela pasangannya. Fenomena ini dikenal sebagai Stockholm Syndrome.

Baca lebih lanjut