Seorang ibu, kita panggil saja Mawar, memiliki pandangan yang ideal mengenai pengasuhan dan berbagai rencana dalam hidup, terutama yang berkaitan dengan keluarga dan anak. Ia mengira bahwa hidup akan penuh dengan bunga dan pelangi. Atau dengan kata lain, semua akan indah dan berjalan sesuai rencana. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu. Rencana yang dibuatnya tidak berjalan dengan mulus, berakhir berantakan, bahkan disertai dengan dampak pada kesehatan mental dan fisiknya, seperti kelelahan, burnout, hingga stres yang berlarut-larut. Reaksi emosional seperti kecewa, marah dan sedih pun rentan untuk terjadi. Apakah Anda pernah mengalami hal serupa?
Pada kondisi seperti itu, kita memiliki dua pilihan, yaitu dengan resisten dan penerimaan. Secara natural, respon kita berupa penolakan atau perlawanan untuk kondisi tidak ideal atau tidak menyenangkan. Kita menolak fakta atau kenyataan yang sedang kita alami (Davis, 2022). Penerimaan bukanlah respon alami karena penerimaan memerlukan proses yang lebih mendalam dan kompleks. Penerimaan dalam hal ini dapat didefinsikan sebagai mengambil sikap secara sadar dengan tidak menghakimi dan secara aktif menerima pengalaman, pikiran, perasaan dan sensasi tubuh yang terjadi.
Selain itu, penerimaan juga dapat diartikan sebagai menerima kondisi pada saat ini dan menyadari bahwa kita memiliki kemampuan untuk memeriksa maupun menyelidiki diri kita dengan terampil dan bijak. Singkatnya, kita menyadari penuh kejadian yang kita alami dengan keterampilan yang kita miliki dan menerimanya sebagai kondisi atau hal yang terjadi pada saat ini, dengan tidak menghindari, menyangkal atau mengubah hal tersebut.
Lalu mengapa penerimaan menjadi penting? Ketika penerimaan terjadi, maka kesehatan mental kita pun akan terjaga. Penerimaan juga akan membantu meningkatkan kualitas hubungan dan kesehatan fisik, hingga memperbesar peluang keberhasilan karir. Penerimaan mencakup menerima sebagian besar emosi, pikiran dan tindakan meskipun hal tersebut dirasa sulit dan tidak diinginkan. Selain itu, ketika kita melakukan penerimaan, kita sedang mengubah masa depan, dengan mengambil kontrol termasuk untuk menghentikan perasaan marah, frustrasi, malu, bersalah yang terjadi karena hal yang tidak berjalan sesuai rencana.
Penerimaan bukanlah hal yang otomatis terjadi dan perlu untuk ditumbuhkan dan dilatih secara rutin. Langkah pertama yang bisa lakukan adalah mengakui dan menyadari resistensi kita untuk menerima hal yang tidak ideal. Setelahnya, cobalah mengevaluasi mengapa resistensi ini bisa terjadi.
Ketika hal ini sudah bisa dilakukan, maka kita bisa melatih penerimaan dengan bersikap mindful tanpa menghakimi, mengizinkan diri kita untuk mengalami hal yang tidak menyenangkan/tidak ideal, menerima hal tersebut sepenuhnya dan mengambil tindakan yang diperlukan. Kembali pada ilustrasi di atas, maka Ibu Mawar perlu mengizinkan pikiran dan emosi tidak nyaman hadir, menerimanya sebagai bagian pembelajaran dari hidup, merencanakan langkah ke depan dan menerima manfaat positif dari melakukan penerimaan.
Acceptance of what has happened is the first step to overcoming the consequences of any misfortune.
-William James-