Dalam era digital saat ini, kehadiran smartphone sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir semua orang memiliki smartphone dan menggunakannya untuk berbagai keperluan, mulai dari berkomunikasi dengan teman dan keluarga, mencari informasi, hingga hiburan. Namun, meski memberikan banyak manfaat, penggunaan smartphone juga menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap kemampuan kognitif manusia. Benarkah ponsel cerdas justru membuat kita lebih tidak cerdas?
Month: July 2024

Trigger Warning: Harap diperhatikan: artikel ini mungkin berisi pembahasan tentang bunuh diri, dan/atau referensi gangguan kesehatan mental lain yang mungkin menjadi pemicunya. Silakan lanjut membaca sesuai dengan pertimbangan Anda sendiri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan prevalensi kasus bunuh diri di Indonesia adalah 2,6 kejadian per 100 ribu penduduk, yang mana temasuk kategori rendah. Hasil riset mengenai bunuh diri di Indonesia mengemukakan bahwa keluarga pelaku bunuh diri cenderung enggan mengungkapkan fakta bahwa telah terjadi kasus bunuh diri dalam keluarganya karena merasa malu terhadap stigma negatif yang mungkin akan disematkan ke mereka. Fenomena ini memicu munculnya dugaan banyak kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan secara resmi sehingga mengesankan prevalensi bunuh diri di Indonesia berada dalam kategori rendah.

Saat liburan tiba, banyak dari kita cenderung terpaku pada layar gadget, melewatkan momen-momen berharga dengan keluarga dan teman-teman. Namun, apakah kita benar-benar menikmati momen itu secara penuh? Liburan sekolah saatnya untuk bermain, lalu permainan apa yang disediakan? Liburan dua hingga tiga minggu, apa yang bisa dilakukan?

Kita tentu familier dengan pandangan bahwa untuk mencapai kesuksesan diperlukan kerja keras. Bahkan kita memiliki peribahasa, “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” yang bisa diartikan bahwa untuk memperoleh kesuksesan kita perlu bekerja keras terlebih dahulu. Memang, sepertinya mustahil melihat orang-orang yang bermalas-malasan menjadi sukses. Namun, apakah dengan kerja keras saja cukup untuk mencapai kesuksesan?