Sia-siakah Waktu Luang yang Kita Lalui Bersama?

Aktivitas waktu luang merupakan salah satu kegiatan yang membantu seseorang mempertahankan aspek kehidupan yang positif, mengurangi stres, dan mengembalikan keseimbangan emosi. Pada usia lanjut, aktivitas waktu luang yang dilakukan dengan tepat juga dapat membantu mempertahankan fungsi kognitif dan kesehatan mental.

Pemanfaatan waktu luang tidak hanya berguna untuk pribadi, namun juga menunjukkan efek yang positif bagi keberfungsian keluarga. Sebuah riset menyebutkan bahwa menikmati waktu luang bersama keluarga akan meningkatkan kepuasan dan kelekatan dalam keluarga. Pada masyarakat modern, menikmati waktu luang bersama merupakan satu-satunya sumber daya yang dapat memfasilitasi kesatuan dan hubungan yang sehat antara suami dan isteri serta orang tua dan anak. Hal ini karena melalui aktivitas waktu luang, tercipta kesempatan bagi keluarga untuk dapat saling berkomunikasi dan mengembangkan keterampilan sosial seperti belajar mengatasi masalah, berkompromi, dan bernegosiasi.

Terdapat dua hal yang selalu dicari oleh seseorang dalam aktivitas luang, yaitu konsistensi dan keberagaman. Kedua hal ini berasal dari interaksi akan kebutuhan-kebutuhan yang memengaruhi perilaku seseorang. Individu memiliki kecenderungan untuk mencari keseimbangan, tetapi juga membutuhkan perubahan, struktur dan juga keberagaman, kebiasaan atau familiaritas serta kebaruan dalam aktivitas luang. Oleh karena itu, menikmati waktu luang dapat menjadi salah satu upaya memenuhi kebutuhan tersebut.

Aktivitas waktu luang bersama keluarga terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah aktivitas utama yang memenuhi kebutuhan stabilitas dalam keluarga dengan menyediakan pengalaman yang terprediksi dan memupuk perasaan kedekatan dan kelekatan. Aktivitas ini biasanya bersifat harian, minim biaya, mudah dilakukan di rumah, misalnya menyiapkan makanan dan makan bersama, menonton televisi bersama, bermain bersama, membersihkan rumah bersama, dsb. Kegiatan inti ini utamanya dapat menciptakan kesempatan untuk saling berkomunikasi dan bertukar perasaan yang akhirnya memperkuat pengetahuan personal antar anggota, rasa kedekatan dan kelekatan.

Kedua adalah aktivitas penyeimbang yang tidak serutin aktivitas utama dan memberikan rasa kebaruan. Aktivitas ini biasanya membutuhkan sumber daya (waktu, uang, tenaga) dan tidak dilakukan di rumah. Aktivitas penyeimbang dapat berupa aktivitas liburan bersama keluarga, seperti jalan-jalan, kemping, menghadiri bazar, pertandingan, pameran, dsb. Aktivitas penyeimbang ini biasanya membutuhkan perencanaan sehingga anggota keluarga juga perlu berkomunikasi, bernegosiasi dan beradaptasi dengan pengalaman dan tantangannya. Dengan demikian, aktivitas penyeimbang ini memfasilitasi kemampuan adaptif anggota keluarga.

Masing-masing keluarga memiliki pilihan dan cara sendiri untuk menikmati waktu luang bersama. Namun, yang paling penting dari waktu luang bersama bukanlah jenis aktivitasnya, melainkan seberapa besar anggota keluarga saling berinteraksi sosial dalam aktivitas tersebut. Interaksi sosial ini dapat berupa komunikasi verbal seperti kualitas suara dan penyampaian informasi pribadi secara terbuka, serta komunikasi nonverbal seperti pergerakan tubuh, gesture, posisi yang berdekatan, tatapan, ekspresi wajah, dsb. Dengan demikian, ketika interaksi sosial tersebut terjadi dalam aktivitas yang dilalui bersama, maka keluarga dianggap saling terlibat, tetapi ketika interaksi sosial tidak terjadi dalam aktivitas yang dilakukan bersama, maka keluarga dianggap tidak saling terlibat. Misalnya, saat nonton tv bersama, keluarga akan dianggap terlibat ketika mereka duduk berdekatan, berkomunikasi tentang apa yang ditonton, atau saling bertukar cerita tentang aktivitas yang telah dilalui hari itu. Namun, ketika keluarga hanya terdiam, atau lebih banyak memeriksa gadget, maka dapat dianggap tidak ada keterlibatan dalam keluarga.

Interaksi sosial yang meningkatkan keterlibatan ini sangat penting karena pada dasarnya ia adalah motivator utama bagi seseorang mencari aktivitas waktu luang dan memperoleh kepuasan dari aktivitas tersebut. Interaksi sosial ini memenuhi kebutuhan dasar relasi dan sense of belonging, yaitu rasa menjadi bagian dari seseorang atau lingkungan tempat ia berada.

Author

Bagikan artikel ini

Artikel terkait