Konflik dalam relasi romantis bisa saja terjadi, ada yang menyatakan bahwa konflik tersebut bisa menyebabkan keretakan hubungan, sementara ada yang percaya bahwa dengan adanya konflik hubungan tersebut malahan semakin kuat.  Sebuah perilaku yang disebut berkorban dalam hubungan romantis dilansir sebagai sebuah komponen yang penting karena dapat menjadi alternatif solusi ketika pasangan menghadapi konflik.

Pengorbanan sehari hari dalam relasi romantis

Salah satu contoh menarik dari tindakan berkorban dalam relasi romantis dapat teramati dan mungkin kita rasakan langsung, misalnya  ketika seorang individu diharuskan untuk memilih oleh pasangannya, apakah ia akan berbuka puasa bersama pasangan atau memilih untuk bepergian bersama teman-teman SMA yang sudah lama tidak ia temui. Pilihannya tentu akan berpengaruh pada relasi romantis yang sedang ia jalankan, keduanya sama sama menarik dan menguntungkan namun juga bisa mengancam relasi romantic yang sedang ia jalankan.  Ketika ia memutuskan untuk memilih berbuka puasa bersama pasangannya saja dibandingkan bepergian bersama teman-temanya, tentunya hal tersebut dapat menyenangkan pasangannya, dan ia melakukannya dengan tujuan menghindari konflik dengan pasangannya, karena jika  ia lebih memilih untuk bersama temannya dibandingkan pasangannya maka hal ini dapat membuat perasaan tidak nyaman dan konflik yang berkepanjangan karena pasangannya merasa tidak diprioritaskan sebagai layaknya seorang kekasih.

van Lange, sebagai seorang pionir pertama yang menjelaskan tentang kesediaan berkorban dalam sebuah relasi romantis, menegaskan bahwa semakin individu bersedia untuk berkorban, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk memiliki hubungan yang bertahan lama. Hal tersebut diperkuat oleh sebuah riset lainnya pada pasangan berpacaran yang menunjukkan bahwa dengan berkorban, seseorang dapat memiliki pengalaman emosi positif, menghargai pengorbanan yang dilakukan, dan kepuasan terhadap hubungan dengan pasangannya. Maka dari itu, kesediaan berkorban untuk pasangan memiliki peran besar dalam menjaga stabilitas hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berlangsung lebih manis dan dikatakan langgeng.

 

Mengapa mau melakukan pengorbanan?

Seperti kita pahami bahwa sebuah relasi romantis bersifat eksklusif dimana hanya kepadanyalah seseorang setia, dan tetap bersama selama-lamanya. Setia dan mau terus bersama  perlu juga didukung dengan perilaku mau berkorban. Menarik untuk ditelaah dua buah alasan ketika seseorang mau melakukan pengorbanan tersebut.  Alasan pertama adalah untuk meningkatkan perasaan sejahtera pada diri sendiri dan sejahtera bersama dengan pasangan di dalam menjalin relasi romantis tersebut, untuk selanjutnya  dapat disebut sebagai alasan mendekat, pada kondisi tersebut fokusnya adalah pada usaha untuk memberikan hasil positif dalam relasi yang sedang dijalankan, seperti membuat pasangannya bahagia atau meningkatkan kedekatan dalam hubungannya.  Alasan kedua adalah yang dapat disebut sebagai alasan menjauh yang berhubungan dengan penurunan kesejahteraan diri dan kesejahteraan hubungan dengan pasangan . Pada alasan menjauh ini, fokus utamanya adalah menghindari hasil negatif, seperti perasaan bersalah, mengecewakan pasangannya, atau memicu konflik dalam hubungan mereka.

 

Komitmen dengan pasangan menguatkan perilaku mau berkorban

Penelitian Van Lange menampilkan bahwa komitmen memiliki hubungan dengan motivasi yang mampu memengaruhi bagaimana seseorang kemudian berperilaku, terutama pada kesediaan untuk berkorban. Seeorang yang memiliki komitmen atau keterikatan kuat dengan pasangannya akan cenderung mau melakukan hal-hal yang lebih mementingkan kesejahteraan pasangan maupun hubungan dibandingkan dengan memikirkan kesejahteraannya sendiri, bahkan ia tidak mengutamakan keinginannya sendiri, dibandingkan keinginan pasangannya.

 

Kesimpulan

Diharapkan para pembaca dapat memahami alasan di balik perilaku mau berkorban pasangannya dalam menjalin relasi romantis, sehingga lebih dapat menghargai upaya pasangannya untuk  terus bersama, langgeng dan saling mensejahterakan.

Author

  • saya Dian wisnuwardhani. Panggil saja Dian Wisnu. Saya mengajar di Fakultas psikologi Universitas Indonesia sejak tahun 2005 hingga saat ini. Saya menekuni topik-topik hubungan interpersonal, utamanya dalam isu perilaku seksual, serta melakukan riset yang berkaitan dengan komitmen dalam pacaran hingga pernikahan.

    View all posts
Bagikan artikel ini

Artikel terkait