Setelah lebih dari 2 tahun siswa harus bersekolah dari rumah, akhirnya siswa-siwa bisa masuk ke sekolah dan belajar di sekolah. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini siswa diharapkan untuk tatap muka 100%, tentunya dengan protokol kesehatan (prokes) yang sudah ditetapkan untuk tetap menjaga kesehatan siswa, guru dan semua petugas di sekolah. Berbagai reaksi muncul baik dari guru, siswa, maupun orang tua siswa. Orang tua pun memiliki perasaan yang bercampur aduk.
Month: June 2022

Saat sedang scrolling artikel di media sosial, penulis menemukan pertanyaan ini: “Apakah Anda lebih memilih membesarkan anak yang bahagia (happy child) atau anak yang resilien (resilient child)?” Sejenak penulis berpikir, tentu saja baiknya anak yang bahagia dan resilien. Namun, seringkali pola asuh orang tua cenderung jatuh ke salah satu di antaranya. Jika ingin anak bahagia, manjakan agar ia senang; jika ingin anak resilien, didiklah dengan keras agar ketika ia menghadapi kesulitan dalam hidup ia sudah terlatih. Namun, apakah betul demikian? Apakah ada cara membesarkan anak sehingga ia menjadi anak yang bahagia dan sekaligus resilien?

Film Doctor Strange in the Multiverse of Madness yang dirilis awal Mei 2022 mungkin menjadi sebuah film yang memicu antusiasme para penggemar Marvel Cinematic Universe. Rangkaian film Doctor Strange mengisahkan mengenai Stephen Strange, pahlawan super yang memiliki kekuatan berupa ilmu mistik super dan bagaimana ia melawan penjahat super maupun makhluk supranatural yang mengancam keselamatan semesta. Pada film kali ini, Doctor Strange berjumpa dengan America Chavez, seorang gadis yang mampu melewati multisemesta. Mereka harus melawan pahlawan super lain, Wanda Maximoff alias Scarlet Witch, yang menginginkan kekuatan America. Perhatian: spoiler alert!!!

Masa remaja dikenal sebagai suatu tahap atau proses kehidupan seseorang, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja akan mengalami perubahan baik secara fisik, psikis, sosial maupun emosional. Oleh karena itu tahap perkembangan remaja penting dalam fase kehidupan seseorang. Riset menunjukkan bahwa adanya pengalaman yang kurang baik, kegagalan, maupun realitas yang tidak sesuai dengan ekspektasi membuat remaja yang menjalin relasi sosial dapat menyebabkan remaja merasa gagal, tidak dihargai, tidak diterima, bahkan degradasi kepercayaan diri yang pada akhirnya menyebabkan remaja tersebut menjadi tertekan, stres dan tidak sejahtera.

Our mother’s land merupakan film dokumenter yang kental dengan makna pentingnya menjaga lingkungan. Film ini merupakan karya jurnalis senior Febriana Firdaus yang digandeng oleh rumah produksi The Gecko dan Mongabay serta disutradarai oleh Leo Plunkett. Film yang tayang perdana di YouTube pada November 2021 ini menceritakan beberapa kisah tentang perempuan-perempuan hebat nan kuat yang memperjuangkan hak lingkungan yang dirampas oleh korporat besar seperti perusahaan semen raksasa milik negara–sebuah perampasan yang berpotensi fatal bagi lingkungan hidup, yakni kerusakan ekosistem dan krisis sumber daya alam.

Dalam psikologi sosial, kita sering mendengar istilah perilaku prososial, yang secara singkat dapat diartikan sebagai perilaku meringankan beban orang atau kelompok lain tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan. Dalam keseharian, perilaku prososial paling mudah dikenali dalam bentuk menolong, berbagi, dan perilaku menenangkan. Sayangnya, dalam kehidupan modern pasca pandemi saat ini, rasanya perilaku prososial menjadi semakin jarang ditemui langsung dalam keseharian kita, mengingat hampir semua interaksi sosial kita berpindah ke ruang digital. Dengan demikian, apakah kemudian kita masih bisa menolong, berbagi atau bahkan saling menenangkan orang lain dalam ruang digital?

Rumah seharusnya menjadi tempat kita memperoleh kedamaian, kenyamanan, dan keamanan. Sayangnya, bagi sejumlah orang, rumah justru menjadi tempat yang mengerikan di mana berbagai masalah bermuara di dalamnya. Salah satu masalah besar dalam rumah tangga terjadi ketika seorang figur suami merasa seorang istri sebagai properti, sehingga suami mencari berbagai cara agar dirinya bisa mengontrol istri. Tidak jarang kekerasan menjadi satu cara yang dipilih. Kondisi tersebut bisa menjadi faktor berkembangnya isu terkait Battered Woman Syndrome (BWS) pada kaum perempuan.