Kematian akan dialami oleh setiap makhluk hidup, cepat atau lambat. Selama ini kita terpola dengan pandangan atau asumsi bahwa anak yang akan mengurus orang tua di saat tua dan orang tua yang akan meninggal terlebih dahulu. Tidak pernah terbersit dalam pemikiran kita bahwa orang tua ditinggalkan oleh anak, dan menjadi pihak yang harus mengurus proses pemakaman dan mengalami duka ditinggalkan oleh anak yang dikasihi.
Beberapa hari terakhir, pemberitaan di media sosial dan media digital mengarah pada kedukaan yang dialami oleh keluarga Ridwan Kamil. Anak sulung yang mereka kasihi, Emmeril Kahn Mumtadz, dinyatakan meninggal karena kondisi darurat yang terjadi di sungai Aare, Swiss. Setelah ditemukan meninggal, almarhum Emmeril dikebumikan di Bandung.
Kehilangan anak, berapapun usianya mendatangkan duka mendalam bagi orang tua. Ketika anak yang dikasihi meninggal, emosi yang yang dialami oleh orang tua bercampur aduk, mulai dari sedih karena kehilangan, hingga merasa bersalah karena tidak bisa menghentikan kondisi yang menyebabkan anak meninggal. Perasaan duka juga tidak hanya dirasakan oleh orang tua, tetapi juga oleh saudara kandung bahkan keluarga besar yang kehilangan. Pada peristiwa yang dialami almarhum Emmeril, duka juga dirasakan oleh adiknya, Azzahra yang ikut menyaksikan kakak terkasih menyerahkan pelampungnya dan berseru “Help!” untuk meminta pertolongan.
Perasaan duka yang dialami oleh orang tua dan keluarga juga bukan suatu proses yang bisa dipercepat atau diharapkan selesai dalam waktu singkat. Duka yang dialami oleh keluarga akan berdampak pada kehidupan sehari-hari seperti sulit berkonsentrasi saat bekerja, merasa cemas hingga merasa tidak bersemangat. Perasaan bahwa orang lain lebih berbahagia dan meneruskan hidupnya juga memicu emosi tertentu pada yang berduka. Hal tersebut merupakan hal yang wajar terjadi.
Lalu apa yang bisa kita lakukan jika orang-orang terdekat kita mengalami kehilangan tersebut? Dalam bukunya yang berjudul “Surviving the Loss of A Child”, Elizabeth Brown memberikan tips sebagai berikut :
- Jika mengenal dekat keluarga yang berduka, bantuan praktis kepada keluarga yang berduka akan meringankan beban pikiran, misalnya mengirimkan makanan atau membantu menjaga anak-anak;
- Memberikan waktu untuk berduka pada orang tua dan keluarga besar merupakan bentuk dukungan sosial yang bisa diberikan oleh orang di sekitar. Ada kalanya orang tua yang berduka tidak segera menanggapi bentuk dukungan dari orang lain, tapi tetap upayakan untuk terus terhubung dan ada jika diperlukan;
- Menjadi pendengar yang baik dan hadir sepenuhnya saat keluarga berduka memerlukan untuk bercerita. Menerima semua ekspresi emosi yang diungkapkan oleh orang tua yang berduka juga akan meringankan perasaan kehilangan;
- Bagi sanak saudara atau teman-teman yang mengenal dan memiliki kenangan indah bersama orang yang meninggal bisa membagikan hal tersebut kepada keluarga yang berduka, terutama kepada orang tua;
- Memberikan perhatian kepada saudara kandung yang kehilangan seperti menanyakan kabar dan mendengarkan ungkapan emosi atau perasaan kehilangan;
- Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Pada akhirnya, perasaan duka yang dirasakan mungkin tidak sepenuhnya sirna, tetapi dukungan sosial yang diberikan bisa meringankan kehilangan yang dirasakan.
Before you tell a grieving parent to be grateful for the children they have, think about which one of yours that you could live without
-unknown