Bulan April dan Mei merupakan bulan-bulan penting bagi para penggiat kesehatan mental. April didaulat sebagai Counseling Awareness Month sedangkan Mei merupakan Mental Health Awareness Month. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental, layanan konseling pun semakin diminati. Bagi individu yang akan memulai konseling, mungkin muncul perasaan penasaran, bersemangat, atau mungkin merasa takut dan gugup dalam memulai konseling. Apa saja hal penting yang perlu dipahami oleh calon klien saat menghadapi proses konseling?
Bagi banyak orang, melakukan konseling psikologis merupakan pengalaman baru. Oleh karena itu, wajar apabila timbul banyak pertanyaan ketika bersiap menghadapi sesi konseling pertama. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang mungkin muncul dalam pikiran calon klien:
- Bagaimana interaksi yang terjadi dalam konseling?
Konseling merupakan relasi profesional yang dilakukan untuk melayani individu, keluarga, dan kelompok yang beragam untuk meningkatkan kesehatan mental, kesejahteraan, pendidikan, maupun tujuan karier. Artinya, interaksi yang terjadi di dalam konseling adalah interaksi profesional yang berbeda dengan relasi pertemanan. Walaupun nantinya klien akan bercerita mengenai hal-hal yang mendalam tentang dirinya dan masalah yang sedang dihadapi, interaksinya pasti akan berbeda jika dibandingkan dengan perbincangan dengan teman.
- Siapa yang dapat memberi layanan konseling?
Karena konseling merupakan interaksi profesional, maka pemberi layanan konseling pun harus merupakan seorang profesional yang mampu membuktikan kompetensinya, misalnya melalui pendidikan yang terkait, lisensi, ataupun sertifikasi. Di Indonesia, konseling lumrah dilakukan oleh psikolog maupun konselor, yang biasanya memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Psikologi (untuk konselor) ditambah Magister Psikologi Profesi (untuk psikolog). Di sekolah-sekolah, konselor lumrah disebut sebagai guru BK (Bimbingan dan Konseling) yang berlatar belakang BK/Pendidikan. Namun, ada juga beberapa konselor dari latar belakang teologi maupun latar belakang lainnya dan mendapatkan pelatihan atau sertifikasi yang terkait.
- Bagaimana saya tahu cerita saya tidak akan diumbar?
Kekhawatiran ini merupakan kekhawatiran yang sangat wajar dari klien. Di dalam konseling, ada yang dinamakan dengan prinsip kerahasiaan atau confidentiality. Intinya, konselor wajib menjaga kerahasiaan cerita maupun identitas kliennya. Apa yang diceritakan di dalam sesi konseling tidak akan dibuka di luar. Namun, perlu diketahui bahwa confidentiality ini memiliki batasan juga. Salah satu situasi di mana konselor perlu (dan terkadang wajib) untuk membuka kerahasiaan cerita ataupun identitas klien adalah ketika klien terindikasi membahayakan dirinya ataupun orang lain. Misalnya, klien mengatakan ia memiliki rencana untuk bunuh diri ataupun mencelakai orang lain. Maka demi keselamatan klien dan pihak lain, konselor perlu membuka prinsip confidentiality ini.
- Apakah wajar jika saya merasa lebih buruk setelah melakukan konseling?
Jawabannya, mungkin saja. Konseling bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, tetapi terkadang ada beberapa isu mendalam yang perlu dikuak terlebih dahulu agar individu tersebut bisa pulih dan hidup sejahtera. Proses inilah yang biasanya tidak mudah dan menyakitkan. Hal ini ibaratnya seperti proses menyembuhkan luka. Tentunya luka perlu dibersihkan dulu dari kotoran dan benda asing, baru diberi obat dan dirawat hingga sembuh. Bayangkan jika ini adalah luka yang lama dan sudah terinfeksi atau bernanah, tentunya proses membersihkannya akan lebih menyakitkan, bukan? Namun, proses ini perlu dilalui agar luka tersebut bisa sembuh. Demikian juga dengan “luka hati” dan isu-isu masa lalu yang menyakitkan. Tanpa proses ini, pemulihan yang dialami biasanya hanya sebatas manajemen simtom dan tidak mengenai akar permasalahan. Setelah melalui proses inilah baru individu akan merasa lebih baik. It will get worse before it gets better.
- Apakah saya akan diceramahi dengan nasihat sepanjang sesi konseling?
Konseling perlu dibedakan dari pemberian nasihat. Konseling bukanlah pemberian nasihat atau ceramah. Proses konseling tentunya membutuhkan partisipasi aktif dari klien. Terkadang, konselor juga akan memberikan PR untuk dikerjakan oleh kliennya. Namun, sebagai ahli, tentu saja tidak menutup kemungkinan konselor akan memberikan nasihat atau saran dalam takaran yang tepat. Hal ini sangat bergantung pada pendekatan yang dipakai oleh konselor tersebut.
- Konselor saya mengatakan ia memiliki pendekatan konseling tertentu. Apa maksudnya?
Di dalam teori konseling, ada yang dinamakan dengan pendekatan konseling. Ini mirip seperti gaya dan teknik konseling yang berbeda. Pendekatan konseling ini biasanya dipengaruhi juga oleh faktor kesesuaian dengan kepribadian konselor. Namun, sebagai klien, kepribadian Anda juga akan memengaruhi seberapa Anda akan cocok dengan pendekatan yang dipakai konselor Anda. Jadi, jika Anda merasa kurang sesuai atau kurang nyaman dengan gaya konseling dari konselor Anda, ada baiknya Anda menyampaikannya kepada konselor Anda untuk mendiskusikan langkah selanjutnya. Namun, penelitian mengatakan bahwa teknik dan pendekatan konseling hanya berkontribusi sebanyak 15% dari efektivitas konseling. Faktor terbesar yang berpengaruh (30%) adalah aliansi terapeutik – seberapa baik hubungan konselor dan klien dan seberapa Anda dapat memercayai konselor Anda. Biasanya ini akan ditandai dengan adanya penerimaan dan empati dari konselor Anda.
- Bagaimana jika saya memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tertentu?
Konselor Anda akan dengan senang hati mendengar pertanyaan dan kekhawatiran yang Anda miliki dan memberikan penjelasan. Jadi, sebagai klien, terutama jika baru pertama kali memulai konseling, silakan bertanya dan menyampaikan kekhawatiran yang Anda miliki. Hal ini justru akan membangun kepercayaan dalam relasi konseling Anda, yang merupakan modal terbaik untuk konseling yang akan Anda jalani.