Dunia dan kondisi saat ini mengharuskan kita produktif, baik itu untuk menghasilkan barang dan jasa, ataupun untuk memenuhi tuntutan tugas yang berujung pada keuntungan atau profit. Dalam upaya untuk menjadi produktif, tidak jarang kita bekerja tanpa mengenal waktu, lembur, mengabaikan batasan sehat, hingga melupakan istirahat. Hal tersebut bisa bersumber dari faktor eksternal seperti tuntutan dan daftar tugas dari orang lain atau berasal internal, dari diri sendiri, seperti mengkhawatirkan tugas yang tidak selesai, dan juga kemungkinan mengecewakan orang lain. Dampak yang dirasakan pun beragam, mulai dari keluhan fisik ringan, penyakit tertentu atau masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan stres yang berkepanjangan. Lalu, apakah hal ini harus dibiarkan? Ada solusi untuk permasalahan yang efektif untuk produktif? Metode yang bisa kita coba adalah dengan melakukan jeda dan rehat.
Jeda didefinisikan sebagai waktu yang diambil sejenak di antara dua buah kegiatan, atau dua babak. Jeda juga dipercaya mengaktifkan sistem saraf parasimpatis untuk membuat kita lebih tenang. Kondisi tenang akan membantu kita untuk memiliki kapasitas yang lebih baik untuk memilih dengan efektif, lebih memuaskan dan attuned dengan situasi yang kita alami. Salah satu contoh penggunaan jeda adalah dengan beristirahat sejenak di antara dua buah kegiatan, baik untuk bernafas atau menikmati aroma dan rasa teh tertentu setelah selesai dengan sebuah tugas. Contoh aplikasi dalam sesi konseling, yang biasa saya lakukan, di antaranya dengan meminum air putih, dan mengatur nafas sebelum bertemu dengan klien berikutnya. Hal tersebut membantu saya lebih siap dan attuned.
Hal lain yang sama pentingnya dan sering kali terlupakan adalah rehat. Rehat atau istirahat diartikan sebagai berhenti. Dalam kehidupan kita, berhenti artinya tidak bekerja, tidak beraktivitas karena jam bekerja yang sudah selesai atau hari libur. Rehat merupakan sarana yang baik untuk meregenerasi sel, mengistirahatkan tubuh dan mental, serta membantu tubuh kita kembali dalam kondisi yang siap untuk kembali beraktivitas. Rehat akan membantu kita untuk melihat segala sesuatu dengan lebih jelas, lebih bersabar/tidak mudah marah, lebih bisa memerhatikan orang lain, dan resilien dalam hidup. Bentuk rehat juga bermacam-macam, mulai dari pergi berlibur, tidur berkualitas dengan waktu cukup, atau mematikan laptop saat jam bekerja selesai.
Cara melakukan jeda dan rehat dilakukan dengan kesadaran penuh oleh individu bahwa tubuh dan diri memerlukan hal tersebut. Perlu pembiasaan untuk bisa melakukan jeda dan rehat, termasuk menikmatinya. Ketika jeda dan rehat dilakukan, berhentilah untuk memikirkan banyak hal, nikmati saat tersebut dan katakan pada diri bahwa hal-hal yang harus dikuatirkan atau diselesaikan bisa dikerjakan nanti, tidak di saat ini.
Sebagai penutup, jeda dan rehat menjadi hal yang krusial dalam hidup, tetapi seringkali disepelekan. Bagi sebagian besar orang, jeda dan rehat bukan merupakan hal yang mudah dilakukan. Pertanyaannya sekarang adalah: Apakah kita bersedia untuk melakukannya?
Almost everything will work again if you unplug it for a few minutes, including you.
-Anne Lamott