Menurut beberapa artikel penelitian, manusia memiliki 6.000 lebih pikiran yang muncul dalam satu hari dan hampir sebagian besar pikiran tersebut berisi pemikiran negatif yang dapat memunculkan emosi negatif. Biasanya pikiran negatif yang muncul dapat berkaitan dengan penyesalan masa lalu, pengalaman negatif, atau berkaitan juga dengan kekhawatiran di masa depan. Pikiran-pikiran ini kadang muncul begitu saja, entah dari mana, dan kadang kita tidak sempat juga untuk memikirkan apa sebenarnya maksud dari pikiran tersebut. Kondisi ini terkadang membuat kita menjadi tidak fokus dan optimal untuk mengerjakan hal-hal penting yang harusnya kita utamakan.
Bayangkan seperti lemari pakaian yang berantakan, tentu sulit dan butuh waktu untuk mencari baju yang sebenarnya ingin kita pakai. Baju-baju yang tidak terlipat rapi dalam lemari pakaian dapat mendistraksi dan membuat kita semakin bingung untuk memilih pakaian yang mau kita pakai. Kita perlu melakukan proses merapikan atau decluttering untuk membereskannya, dengan cara mengeluarkan terlebih dahulu pakaian dari lemari agar kita tahu seberapa besar ruang lemari kita untuk menyimpan pakaian. Setelah itu, kita perlu memilih pakaian mana yang masih bisa kita pakai dan mana yang tidak. Kemudian, kita masukan kembali pakaian yang masih mau kita pakai ke dalam lemari pakaian dengan tersusun rapi.
Demikian pula dengan pikiran kita. Agar pikiran kita memiliki “ruang” untuk fokus akan hal-hal yang penting, maka kita perlu mengeluarkan terlebih dahulu pikiran-pikiran yang muncul agar kita dengan penuh kesadaran dapat memilih mana pikiran yang penting dan bernilai yang harus menjadi fokus kita saat ini. Ada berbagai teknik yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan journaling.
Seperti yang dikatakan oleh Ryder Caroll – pencetus metode bullet journal, bahwa menyimpan pikiran di dalam pikiran sama seperti mencoba menangkap air dengan tangan, tentu itu adalah hal yang hampir mustahil. Akan tetapi, dengan menuliskan pikiran-pikiran yang muncul, kita dapat menangkapnya dengan jelas sehingga kita bisa melakukan sesuatu dengan pikiran itu nanti. Menulis jurnal membantu kita untuk menjadi lebih mindful/sadar untuk hidup dan hadir di saat ini. Journaling menjadi sebuah latihan untuk menciptakan ruang dan waktu untuk mendengar dan terkoneksi dengan diri kita.
Dalam journaling kita dapat menuliskan pikiran dan perasaan yang muncul ke dalam sebuah buku jurnal. Kita tidak perlu terlalu memikirkan tata bahasa maupun susunan kalimat yang benar dalam membuat jurnal, tuliskan saja apa adanya. Setelah itu kita dapat mencoba merefleksikannya dengan membaca kembali dan mencoba bertanya kepada diri kita:
Apa yang membuat pikiran ini muncul? Apa yang saya rasakan dengan munculnya pikiran tersebut? Apakah pikiran ini benar fakta atau ini hanya pendapat saya saja yang belum tentu benar? Fakta apa yang bisa membantu saya untuk melawan pikiran negatif ini?
Fakta yang dapat kita tuliskan untuk melawan pikiran tersebut salah satunya dengan menuliskan hal-hal baik yang mengisi hidup kita. Dalam hal ini kita perlu melatih pikiran kita untuk memperhatikan, menghargai, dan mengumpulkan bukti dari hal-hal baik yang mengisi kehidupan kita. Cara ini sering disebut sebagai gratitude practice. Sesederhana menuliskan sejumlah daftar mengenai hal-hal kecil yang menyenangkan yang terjadi dan membawa sukacita dalam kehidupan kita hari ini. Kita dapat menuliskannya secara rutin setiap hari. Kemudian bacalah kembali setelah menuliskannya, serta rasakan emosi apa yang muncul saat membacanya. Beberapa orang yang mencoba teknik ini mengatakan bahwa mereka merasa bersyukur, lebih tenang, dan merasa lebih bahagia.
Teknik journaling sangatlah bervariasi, tidak terbatas hanya dari apa yang sudah disampaikan oleh penulis. Penulis juga menyadari bahwa seringkali menghadapi pikiran negatif tidaklah mudah dan dititik tertentu kita membutuhkan bantuan secara profesional untuk mengatasinya. Apabila pikiran tersebut sudah mengganggu dan memunculkan perasaan serta perilaku negatif yang terus berulang, jangan ragu untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional seperti psikolog, konselor, maupun psikiater.
Tulisan ini adalah hasil refleksi penulis dari berbagai sumber dan praktik pribadi penulis saat menggunakan teknik journaling sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental.