Marah merupakan salah satu bentuk emosi manusia. Ekspresi seseorang saat marah dapat terlihat dari wajahnya, intonasi suara, atau gerakan tubuhnya. Hal yang manusiawi jika seseorang marah. Marah berkaitan dengan otak dan hormon pada tubuh. Seseorang bisa marah karena beberapa sebab, di antaranya, haknya dilanggar, dihina, atau memang karena individu tersebut pemarah. Marah dihubungkan dengan emosi negatif. Individu yang pemarah biasanya tidak disukai oleh lingkungan. Individu yang tidak dapat mengendalikan marahnya dapat memicu konflik antar individu, memicu perilaku kekerasan, atau berpotensi terkena suatu penyakit tertentu.
Ada beberapa cara dalam mengendalikan marah, di antaranya adalah dengan berpuasa. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa di Kota Bandung menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara puasa dengan tingkat regulasi kemarahan. Artinya, orang yang sering melakukan puasa memiliki tingkat regulasi kemarahan yang lebih tinggi dibandingkan orang yang jarang melakukan puasa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat regulasi kemarahan dengan puasa.
Faktor pertama adalah keadaan tubuh seseorang. Seseorang yang kondisi tubuhnya sedang kurang baik maka ia akan memiliki kemungkinan untuk lebih cepat marah dan apabila stimulus untuk marahnya makin besar, ia akan menunjukan regulasi tingkat kemarahan yang lebih rendah. Faktor yang kedua adalah pikiran: konsep kognisi terhadap suatu stimulus dapat menentukan respon yang diberikan. Ketika individu menganggap bahwa stimulus yang berasal dari luar dirinya tersebut buruk maka akan membuat individu tersebut merasa marah. Anggapan individu terhadap stimulus yang berasal dari luar dirinya berhubungan langsung pada tingkat regulasi kemarahan yang diekspresikannya. Faktor yang terakhir adalah budaya. Lingkungan dan respon terhadap kemarahan individu akan menjadi penghubung bagaimana mengekspresikan atau meregulasi kemarahan.
Selain itu, pada hakikatnya puasa adalah pengendalian diri. Saat individu dapat mengendalikan diri dan menguasai diri terhadap dorongan yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya adalah orang yang sehat jiwanya. Oleh karena itu, ketika seseorang mudah marah, dianjurkan untuk berpuasa. Dengan demikian, permasalahan hidup yang bersumber dari marah, seperti, konflik antar individu, perilaku kekerasan, atau terkena penyakit tertentu, menjadi berkurang.
Selamat berpuasa.
Artikel ini merupakan ringkasan dari artikel ilmiah “Hubungan Puasa dan Tingkat Regulasi Kemarahan” oleh Julianto & Muhopila (2015) yang diterbitkan di jurnal Psymphatic.