Puasa Sebagai Saran Pembentukan Kepribadian

Allah tidak mensyariatkan sesuatu dengan sia-sia kecuali mengandung hikmah, baik telah diketahui ataupun belum. Puasa yang diperintahkan oleh Allah SWT mengandung banyak keutamaan, salah satunya adalah sarana pembentukan kepribadian.

Kepribadian manusia diliputi oleh sifat-sifat hewani, yaitu cenderung pada kesenangan-kesenangan jasmani/material, dan juga sifat-sifat malaikat berupa kerohanian / spiritualitas. Manusia adakalanya tertarik oleh kebutuhan dan syahwat jasmaninya, dan adakalanya manusia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya. Ini yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut dua potensi dasar kepribadian manusia, yaitu fujur (keburukan) dan takwa (kebaikan).

Puasa melatih diri untuk menurunkan sifat-sifat hewani dan meninggikan sifat-sifat malaikat. Dengan puasa, manusia dilatih untuk tidak makan dan minum serta kebutuhan seksual dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Ini merupakan sifat malaikat yang tidak makan dan minum serta berhubungan badan. Akan tetapi, malaikat selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan puasa mengajarkan manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak berdzikir dan membaca Al-Qur’an.

Malaikat juga tidak pernah bermaksiat kepada Allah SWT, maka puasa bukan hanya sekedar manahan lapar dan dahaga di mulut, tetapi puasa di mata juga penting dengan cara menahan dari pandangan yang mengandung syahwat hewani atau merendahkan orang lain; begitu juga puasa di lisan dengan tidak berkata kotor, dusta, menghina, mengumpat, memfitnah dan perkataan yang dipenuhi kebencian; lalu puasa telinga dengan menahan dari mendengarkan segala sesuatu yang dilarang agama; dan puasa tangan untuk tidak memukul atau mengambil yang bukan haknya; atau puasa di kaki untuk tidak menendang orang lain; serta puasa di hati agar memelihara qalbu (hati) supaya tetap khusyu kepada Allah SWT dengan dzikir dan membaca Al-Qur’an.

Dengan puasa, seorang muslim berlatih sabar untuk menahan seluruh anggota tubuh dari hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, jika ada orang yang mengajak berkelahi atau memaki-maki, maka Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk mengatakan “Saya sedang puasa”.

Dengan demikian, puasa merupakan training center terbesar bagi kepribadian seorang muslim. Orang yang beriman kepada Allah SWT, percaya kepada Para Malaikat-Nya, yakin kepada Kitab-kitab-Nya, beriman kepada Para Rasul-Nya, serta hari Akhir, dan Qodho Qodar-Nya, maka dia akan puasa walaupun secara kasat mata tidak ada yang mengawasinya. Amalan ini yang membentuk kepribadian seorang muslim untuk jujur, disiplin, amanah dan sabar.

Author

Bagikan artikel ini

Artikel terkait