Mengenali Mekanisme Hormon dalam Memupuk Bahagia

Dalam perjalanan hidup, setiap peristiwa yang dilewati akan mendatangkan berbagai warna emosi. Ada kalanya kita sedih, ada kalanya sedih terganti dengan senang. Kadang kita menghadapi situasi yang memalukan, tapi ada titik di mana kita berjumpa dengan rasa bangga. Terkait dengan ragam emosi tersebut, kebanyakan manusia kemudian akan mengupayakan suatu kondisi yang disebut: Bahagia. Katanya, Bahagia adalah tujuan.

Aristoteles menyebut, bahagia adalah ketika kita dapat merasakan emosi yang tepat. Menurut Tamir dkk, dalam riset lintas budaya mereka terhadap lebih dari 2000 orang di 8 negara, kebahagiaan bersifat unik dan personal. Hal ini membuat tidak ada parameter yang pasti untuk menakar kebahagiaan secara umum. Kebahagiaan dipengaruhi oleh perbedaan mendasar pada setiap orang (individual differences), seperti budaya, pendidikan, dst.  Menjadi bahagia merupakan pilihan bagi setiap individu. Termasuk di dalamnya memilih apa yang mendatangkan bahagia, value terhadap suatu konteks bahagia, hingga cara apa yang hendak dilakukan untuk mengalami bahagia.

Meskipun bahagia bersifat personal, tetapi secara umum bahagia dipengaruhi oleh akumulasi banyaknya pengalaman dan emosi yang menyenangkan, dibandingkan dengan pengalaman dan emosi yang tidak menyenangkan. Di sini, faktor lingkungan dan biologis ikut mengambil peran. Secara biologis, terdapat empat hormon yang memegang peran dalam memberi sinyal “menyenangkan” kepada tubuh kita: dopamin, serotonin, oksitosin, endorfin.

1. Dopamin
Ini merupakan hormon yang akan mengirim sinyal emosi menyenangkan ketika seseorang mendapatkan “reward”. Dopamin juga membantu seseorang untuk terdorong mengupayakan suatu tujuan atau pencapaian tertentu.

Cara menstimulasi dopamin:Lakukan self-care

  1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung tryrosine (pisang, susu, yogurt, tahu dan tempe, aneka daging unggas, dan alpukat)
  2. Buatlah to do list dan selesaikanlah pekerjaan yang diagendakan
  3. Pilih dan lakukanlah olahraga yang disukai
  4. Menciptakan suatu karya (menulis, menggambar)

2. Serotonin
Hormon ini diproduksi ketika seseorang menerima penghargaan atau pengakuan dari orang lain. Serotonin membantu seseorang untuk bisa menghargai atasan atau pihak yang lebih memiliki otoritas, dan juga membantu individu untuk menjadi pemimpin yang unggul dan berkembang.

Cara menstimulasi serotonin:

  1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (seperti: biji-bijian, kacang-kacangan, buah, sayur)
  2. Lakukan olahraga
  3. Berjemur
  4. Meditasi

3. Oksitosin
Oksitosin dikenal juga sebagai “the love hormone”. Sesuai dengan namanya, the love hormone diproduksi ketika seseorang sedang merasakan cinta, atau ketika melakukan kegiatan bersama orang yang dikasihi. Oksitosin membantu seseorang untuk membangun hubungan yang mendalam serta memberikan rasa nyaman dan aman, sehingga seseorang terdorong untuk bersama dengan orang yang dikasihi.

Cara menstimulasi oksitosin:

  1. Besentuhan fisik, berpelukan, kontak mata, jabat tangan
  2. Meluangkan waktu untuk mengobrol/bersosialisasi dengan orang terdekat
  3. Merawat hewat peliharaan
  4. Pijat

4. Endorfin
Endorfin merupakan anti-nyeri alamiah yang dimiliki tubuh. Ketika homon ini diproduksi, persepsi seseorang terhadap rasa sakitnya bisa berkurang bahkan menghilang. Endorfin juga dapat mengurangi rasa cemas atau kondisi sedih yang dirasakan.

Cara menstimulasi endorfin:

  1. Pijat atau melakukan akupuntur
  2. Olahraga dengan kecepatan intens, misal jalan cepat atau aerobik
  3. Menstimulasi tawa, misalnya menonton video lucu
  4. Melakukan kegiatan yang menghibur, seperti mendengar music

Keempat hormon di atas dapat membantu kita untuk menciptakan pleasure feeling dengan cara yang positif. Di sisi lain, dapat dilihat bahwa dengan menstimulus keempat homon tersebut bukan hanya membawa dampak pada munculnya pleasure feeling, tetapi lebih lanjut dapat mendorong seseorang untuk menampilkan respon yang tepat dalam keseharian. Pada akhirnya, kebahagiaan bukanlah kumpulan emosi menyenangkan semata, tetapi ketika kita dapat menjalankan peran secara adaptif, dia akan memberikan makna terhadap perjalanan hidup kita.

 

Author

  • Jessica Amelia Anna

    Jessica Amelia Anna merupakan Dosen Fakultas Psikologi di Universitas Pelita Harapan. Ia memiliki ketertarikan dalam bidang klinis dewasa dan topik seputar trauma dan dukacita

    View all posts
Bagikan artikel ini

Artikel terkait