Ketika anaknya berusia 2 tahun dan belum mengucapkan satu patah kata pun, seorang ibu sudah mulai khawatir dan bertanya-tanya dalam hatinya, “Ada apa dengan anakku? Apakah hal tersebut normal atau tidak?” Tidak banyak yang diketahui oleh sang ibu tersebut, karena pengalamannya bersama anaknya itu merupakan pengalaman pertamanya menjadi seorang ibu. Sungguh anugerah yang luar biasa baginya, tapi tidak banyak yang ia ketahui mengenai pengasuhan dan perkembangan anak, karena memang tidak dipelajari ketika ia bersekolah maupun berkuliah. Sang ibu berdiskusi dengan suami dan orang-orang di sekitar, banyak yang berpendapat bahwa ia hanya perlu menunggu hingga anaknya akan mulai berbicara pada waktunya.
Meskipun masih ada kekhawatiran dalam hati, akhirnya sang ibu menunggu sampai anaknya berusia sekitar 3 tahun. Anaknya sudah dapat berbicara, tetapi belum banyak kata-kata yang bisa diucapkannya. Ketika ia mendaftarkan anaknya untuk masuk ke prasekolah, sekolah menolaknya karena kemampuan berbahasa anak yang dinilai masih kurang memadai. Sang ibu pun memutuskan membawa anaknya untuk mendapatkan bantuan profesional.
Pengetahuan mengenai perkembangan bahasa pada anak akan sangat membantu bagi para ibu untuk dapat mengetahui apakah perkembangan anak sudah berada di tahap yang tepat ataukah belum. Ketika ibu mengetahui bahwa perkembangan bahasa anak tidak sesuai dengan tahapan perkembangan yang seharusnya, ibu pasti akan bisa dengan cepat mengambil tindakan serta memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh anak.
Adapun tahap perkembangan bahasa pada anak adalah sebagai berikut:
Usia 2 tahun:
- Menunjuk ke gambar di buku ketika diberikan pertanyaan seperti, “Di mana beruangnya?”
- Dapat mengucapkan 2 kata bersamaan, seperti “Mau susu”
- Setidaknya dapat menunjuk dua bagian tubuh ketika diminta untuk menunjukkan
- Menggunakan bahasa tubuh, bukan hanya melambaikan tangan dan menunjuk, seperti kiss bye dan mengangguk
Usia 3 tahun:
- Berbincang-bincang setidaknya 2 tanya-jawab bolak-balik
- Bertanya “siapa”, “apa”, “di mana” ataupun “kenapa”
- Mengucapkan kata kerja sesuai dengan gambar yang dilihat di buku, seperti: lari, makan, atau bermain
- Mengucapkan nama depan, ketika ditanya
- Sebagian besar waktu, berbicara dengan cukup baik sehingga bisa dipahami orang lain
Apabila perkembangan bahasa anak tidak sesuai dengan tahapan perkembangan di atas, maka orangtua harus memberikan lebih banyak stimulus pada anak. Di antaranya, perbanyak interaksi langsung dengan anak, melalui cara-cara berikut:
Pertama, kurangi screen time (waktu anak menonton TV/tablet/HP & bermain game). Untuk anak berusia di bawah 2 tahun seharusnya tidak diperkenalkan terhadap screen, kecuali untuk video call dengan anggota keluarga. Sedangkan untuk anak berusia 2-5 tahun batas maksimal screen time adalah 1 jam.
Kedua, bermain bersama anak. Akan lebih baik jika anak dapat belajar banyak kosa kata ketika bermain, orang tua bisa memperkenalkan berbagai benda pada anak, orangtua dapat juga memperkenalkan berbagai percakapan sehari-hari ketika bermain.
Ketiga, membaca buku bersama anak. Untuk anak dengan usia kecil, akan lebih baik jika orangtua menggunakan bahasa sendiri (dengan kalimat sehari-hari) ketika menceritakan tentang gambar. Sehingga anak dapat menangkap inti cerita dengan lebih mudah, juga mendapat contoh kalimat-kalimat yang dapat digunakan olehnya dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu juga dapat memperkaya kosa kata anak dengan memberitahukan nama benda yang ada di buku.
Keempat, bernyanyi dan menari. Banyak anak yang menyukai lagu, mereka suka bernyanyi mengikuti lagu serta menari mengikuti lagu. Bernyanyi bersama anak dapat membuat anak berlatih mengucapkan kata-kata (yang ada di teks lagu) dengan tepat.
Apabila orang tua sudah berusaha memberikan stimulus tetapi tetap tidak ada perkembangan pada diri anak, ataupun orangtua kesulitan, pertimbangkanlah untuk berkonsultasi dengan orang yang ahli dan benar-benar memahami. Apabila memang diperlukan intervensi, akan lebih baik jika diberikan sedini mungkin.