Wanita seringkali mendapatkan perlakuan diskriminasi gender. Gender sendiri sebenarnya adalah konstruk sosial yang dibuat oleh manusia (yang tentunya dipengaruhi oleh budaya) untuk menentukan peran, kedudukan, maupun sifat dari gender yang kemudian dilekatkan kepada laki-laki maupun perempuan. Semisal, laki-laki harus kuat, tidak boleh menangis, harus menjadi pemimpin. Sedangkan perempuan lebih baik mengurus anak dan rumah saja, tidak perlu mencapai pendidikan yang tinggi, dan sebagainya. Atau bahkan sejak kecil permainan pun seringkali dibatasi, laki-laki bermain bola, perempuan bermain boneka. Padahal nyatanya semua permainan bisa dimainkan oleh anak dengan gender apa pun.
Month: March 2022

Allah tidak mensyariatkan sesuatu dengan sia-sia kecuali mengandung hikmah, baik telah diketahui ataupun belum. Puasa yang diperintahkan oleh Allah SWT mengandung banyak keutamaan, salah satunya adalah sarana pembentukan kepribadian.

Dalam perjalanan hidup, setiap peristiwa yang dilewati akan mendatangkan berbagai warna emosi. Ada kalanya kita sedih, ada kalanya sedih terganti dengan senang. Kadang kita menghadapi situasi yang memalukan, tapi ada titik di mana kita berjumpa dengan rasa bangga. Terkait dengan ragam emosi tersebut, kebanyakan manusia kemudian akan mengupayakan suatu kondisi yang disebut: Bahagia. Katanya, Bahagia adalah tujuan.

Manusia adalah makhluk yang berelasi dalam kehidupannya. Hal tersebut menjadi dasar beberapa teori Psikologi. William Glasser, psikiater asal Amerika Serikat, menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhannya, manusia perlu berelasi dengan orang lain, mengacu pada kebutuhan love and belongingness. Jika kebutuhan tersebut terusik, maka permasalahan yang lebih kompleks termasuk untuk memenuhi kebutuhan yang lain juga akan bermasalah. Hal senada juga dinyatakan oleh Abraham Maslow yang juga menyebutkan bahwa akar permasalahan patologi berasal dari masalah kebutuhan akan cinta dan perasaan dimiliki/kepemilikan (love and belongingness).

Ketika anaknya berusia 2 tahun dan belum mengucapkan satu patah kata pun, seorang ibu sudah mulai khawatir dan bertanya-tanya dalam hatinya, “Ada apa dengan anakku? Apakah hal tersebut normal atau tidak?” Tidak banyak yang diketahui oleh sang ibu tersebut, karena pengalamannya bersama anaknya itu merupakan pengalaman pertamanya menjadi seorang ibu. Sungguh anugerah yang luar biasa baginya, tapi tidak banyak yang ia ketahui mengenai pengasuhan dan perkembangan anak, karena memang tidak dipelajari ketika ia bersekolah maupun berkuliah. Sang ibu berdiskusi dengan suami dan orang-orang di sekitar, banyak yang berpendapat bahwa ia hanya perlu menunggu hingga anaknya akan mulai berbicara pada waktunya.

Gangguan depresi merupakan isu kesehatan mental yang serius di tengah masyarakat dan penanganannya masih menjadi PR besar bagi semua pihak. Penanganan gangguan depresi yang efektif bisa dimulai dari identifikasi yang tepat mengenai akar permasalahannya. Masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa depresi dikaitkan dan juga disebabkan karena lemahnya iman atau kurangnya ikatan spiritualitas/religiusitas seseorang. Pada sejumlah kasus, masyarakat seringkali menuding orang mengalami depresi karena lemah iman. Padahal, depresi justru seringkali disebabkan karena lemahnya dukungan sosial. Dalam hal ini, masyarakat yang seharusnya menjadi support system secara ironis malah memberikan tudingan-tudingan negatif tertentu kepada seseorang yang mengalami gangguan depresi.

Kehidupan manusia sarat akan perjumpaan yang dipenuhi dengan perayaan. Berjumpa dengan orang yang kita cintai, kelahiran buah hati, lingkungan/situasi baru yang dicari, kebebasan yang lama dinanti atau mungkin berjumpa dengan akhir pandemi. Perjumpaan membawa kelegaan, kebahagiaan, dan tentu sukacita yang menambah makna pada hidup kita sebagai manusia. Namun, untuk tiap perjumpaan yang penuh dengan perayaan, datang pula kehilangan. Kadangkala, perjumpaan dan kehilangan juga mampir bersama-sama dalam hidup kita. Misalnya, kita berjumpa dengan pekerjaan impian kita, tetapi juga kehilangan zona nyaman yang kita selama ini bersemayam.

Saat ini, berdasarkan pengamatan, banyak anak-anak usia balita yang beraktivitas dengan ponsel pintarnya. Saat makan, melakukan aktivitas di ponsel pintar; Saat sedang menunggu, beraktivitas dengan ponsel pintar. Entah menonton Youtube, menonton saluran khusus anak-anak, atau games bagi anak-anak, dan sejenisnya. Apalagi didukung oleh berbagai alasan dari orang tua atau orang dewasa: “supaya anaknya tenang”, “dari pada dia nangis”, “saya kan sibuk”, “zaman now kan semua pakai ponsel pintar”, “dia pakai ponsel pintar belajar bahasa Inggris kok”, “anak lain pakai ponsel pintar masa anak saya enggak”, “sekarang kan pandemi Covid-19 materi belajar anak semua pakai laptop atau ponsel pintar”, “dia capek belajar makanya pakai ponsel pintar kan itu main juga”, dll. Lalu, apakah aktivitas dengan ponsel pintar dapat dikatakan sebagai bermain?

Belakangan ini marak pemberitaan beberapa orang kaya yang dikenal sebagai crazy rich tersandung masalah hukum karena diduga terlibat dalam beberapa kasus seperti penipuan dan pencucian uang yang merugikan masyarakat. Fenomena crazy rich ini semakin menjamur dengan adanya kemudahan akses dalam bentuk saluran Youtube ataupun pemberitaan mengenai perilaku segelintir orang yang mendadak kaya ini.

Sepanjang masa pandemi Covid-19 dari awal tahun 2020 hingga awal tahun 2022 terdapat sejumlah peristiwa tragis yang berkaitan dengan kasus bunuh diri. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia selama pandemi ini di antaranya, kasus siswa SMP di Tarakan yang tewas bunuh diri di kamar mandi rumah, lantaran stres tugas menumpuk semasa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Kemudian, kasus bunuh diri seorang ibu rumah tangga di Wonogiri lantaran stres terlilit hutang dan terus menerus mendapat teror dari penyedia jasa pinjaman online (pinjol). Selanjutnya masih kasus yang serupa yaitu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh pasien COVID-19 berusia 43 tahun di Rumah Sakit Haji, Surabaya. Polisi menduga bahwa, pasien mengalami stres dikarenakan tertular virus COVID-19 dan harus menjalani isolasi dengan ketat.