Ketika mendengar kata pelecehan seksual banyak dari masyarakat yang akan mengaitkan peristiwa pelecehan seksual dengan jenis kelamin pelaku maupun korban. Tidak sedikit masyarakat yang mempersepsikan bahwa laki-laki seringkali menjadi pelaku sedangkan perempuan seringkali menjadi korban dalam peristiwa pelecehan seksual. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat semakin sadar mengenai fakta bahwa laki-laki juga dapat menjadi korban dari pelecehan seksual. Meskipun demikian, pemahaman bahwa laki-laki dapat dilecehkan dan perempuan dapat melecehkan belum banyak ditemukan dalam literatur karena sebagian besar literatur masih mengaitkan pelecehan seksual oleh laki-laki terhadap perempuan.
Berdasarkan fenomena mengenai persepsi (pandangan) pelecehan seksual yang dikaitkan jenis kelamin tersebut, sebuah penelitian yang dilakukan di Israel berupaya untuk memperluas pemahaman masyarakat mengenai pelecehan seksual terutama yang berkaitan dengan persepsi dan sikap terhadap pelecehan seksual. Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) mengetahui apakah jenis kelamin ada hubungannya dengan sikap dan persepsi seseorang dalam mendefinisikan suatu peristiwa sebagai pelecehan seksual atau bukan; dan (2) mengetahui sejauh mana sikap seseorang terhadap pelecehan seksual bisa memprediksi persepsi seseorang mengenai pelecehan seksual. Penelitian ini menggunakan empat skenario dari dua jenis kelamin antara pelaku dan korban (laki-laki sebagai pelaku & perempuan sebagai korban; perempuan sebagai pelaku & laki-laki sebagai korban; korban dan pelaku sama-sama perempuan; korban dan pelaku sama-sama laki-laki) dengan melibatkan 306 partisipan (146 laki-laki dan 160 perempuan) dengan rata-rata usia 27 tahun.
Dari penelitian tersebut, tim peneliti menemukan bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki persepsi yang berbeda terhadap skenario-skenario yang diberikan mengenai pelecehan seksual. Perempuan lebih banyak menganggap suatu peristiwa sebagai pelecehan seksual dibandingkan laki-laki dan perempuan juga memiliki sikap yang kurang toleran terhadap perilaku pelecehan seksual. Dalam semua kasus seseorang menjadi kurang toleran terhadap perilaku peecehan seksual karena memiliki pemahaman atau persepsi yang kuat mengenai perilaku pelecehan seksual.
Lalu, bagaimana persepsi dan sikap terhadap pelecehan seksual jika dilihat dari jenis kelamin korban dan pelakunya? Menariknya, penelitian tersebut menemukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan lebih sering menganggap suatu peristiwa sebagai pelecehan seksual apabila situasi tersebut dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Hal tersebut serupa dengan persepsi umum yang menganggap bahwa perempuan adalah korban utama dan laki-laki adalah pelaku utama dari peristiwa pelecehan seksual. Selain itu, dibandingkan laki-laki, partisipan perempuan lebih banyak menganggap suatu kejadian sebagai pelecehan seksual apabila laki-laki adalah korban, terlepas dari jenis kelamin pelaku. Pada skenario di mana laki-laki menjadi korban, partisipan perempuan menunjukkan sikap yang lebih toleran dibandingkan jika laki-laki sebagai pelaku. Secara umum, baik partisipan laki-laki maupun wanita lebih toleran jika pelaku pelecehannya adalah perempuan dibandingkan jika pelakunya adalah laki-laki, apapun jenis kelamin korbannya.
Kesimpulannya, penelitian ini berusaha untuk memperluas persepsi masyarakat di luar pemahaman laki-laki sebagai pelaku dan perempuan sebagai korban pelecehan seksual. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki penilaian subyektif terhadap pelecehan seksual, dan hal tersebut ternyata dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan mengenai penilaian secara hukum pelecehan seksual, serta pemahaman yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Tidak hanya itu, bagaimana seseorang mempersepsi dan menilai sebuah kejadian pelecehan seksual juga dipengaruhi oleh jenis kelamin pelaku dan korbannya, serta saksi. Berbagai perbedaan tersebut menggambarkan betapa kompleksnya upaya untuk memahami dan menguraikan kasus-kasus pelecehan seksual.
Artikel ini merupakan ringkasan dari artikel ilmiah “Perceptions and attitudes to sexual harassment: an examination of sex differences and the sex composition of the harasser–target dyad“, oleh Bitton & Shaul (2013) yang diterbitkan di Journal of Applied Social Psychology.