Orangtua seringkali kebingungan ketika melihat perubahan perilaku pada anak yang sudah beranjak remaja. Terkadang juga tidak habis pikir dengan pola pikir ataupun buah pikiran yang dihasilkan oleh anak remajanya ini. Terjadi perdebatan-perdebatan mengenai permasalahan sehari-hari, terkadang perdebatan tersebut hanyalah mengenai pekerjaan rumah seperti mencuci piring yang menurut oragtua harusnya bisa segera diselesaikan tapi anak merasa bahwa pekerjaan itu lebih baik diselesaikan nanti saja. Ataupun mungkin saja mengenai jam tidur yang terlalu malam, jam bangun tidur yang terlalu siang, dan lain-lain.

Konflik yang ada dapat menjadi penghambat dalam komunikasi antar orangtua dan anak. Komunikasi jadi sulit terjalin Ketika konflik belum terselesaikan dengan baik, baik orangtua maupun remaja tidak dapat memahami ataupun menerima perbedaan yang ada. Konflik yang terus menerus terjadi juga dapat menimbulkan kata-kata ataupun perilaku kasar, yang mungkin saja segera disesali oleh orangtua maupun anak.

Akan tetapi tidak jarang konflik juga dapat menjadi suatu cara untuk memperdalam komunikasi. Ketika orangtua dan remaja sama-sama membuka diri, bersedia untuk menyampaikan dan mendengarkan suara hati satu sama lain, maka komunikasi yang terjalin antar orangtua dan remaja akan menjadi lebih dalam. Konflik juga dapat menjadi sarana untuk lebih mengenali satu sama lain, apabila bersedia saling memahami, maka orangtua dapat mengenal anak dengan lebih jelas, akan mengetahui alasan dibalik perilaku ataupun pemikirannya tersebut, demikian juga dengan anak.

Berikut ini beberapa pendapat dari remaja-remaja mengenai cara agar mereka bisa dekat dengan orangtua:

Pertama, keterbukaan. Remaja sangat mengharapkan orangtua dapat membuka hati dan pikiran akan pendapat, pemikiran dan perasaan yang dimiliki remaja. Akan lebih baik jika orangtua menyediakan kesempatan untuk remaja menyatakan apa yang diinginkannya dan mengapa ia menginginkan hal tersebut.

Kedua, menghargai. Remaja juga berharap orangtua dapat menghargai pendapat dan perasaan mereka. Ketika remaja memiliki keberhasilan dan pencapaian sekecil appun, berikan penghargaan pada mereka. Tidak harus memberikan hadiah yang mahal dan besar, kata-kata penghargaan atau pujian sangatlah berharga bagi mereka.

Ketiga, peduli. Rupanya remaja seringkali merasakan bahwa ketika orangtua berinteraksi dengan mereka, orangtua tidak menunjukkan kepedulian pada diri ataupun kehidupan mereka. Orangtua pastilah sangat mempedulikan anak meskipun anak sudah beranjak remaja, bahkan dewasa. Akan tetapi, ternyata remaja dapat saja tidak merasakannya, mereka melihat interaksi dengan orangtua sebagai rutinitas.

Remaja juga memiliki keinginan yang sama dengan orangtua, yaitu untuk menjadi lebih dekat dengan orangtua. Meskipun dalam banyak hal remaja sudah sangat mandiri, tidak lagi seperti anak berusia lebih kecil yang dalam kegiatan sehati-hari sangat membutuhkan orangtua. Akan tetapi mereka tetap menginginkan orangtua untuk memberikan perhatian, waktu dan hati untuk mendengarkan mereka, serta memberikan mereka penghargaan/pujian.

Author

  • Yuliana Anggreany

    Yuliana Anggreany mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan, serta menjadi psikolog di Pusat Tumbuh Kembang & Sekolah Khusus Bougenville.

    View all posts
Bagikan artikel ini

Artikel terkait