Selama ini, perdebatan mengenai uang sebagai sumber kebahagiaan terus mengemuka. Tidak sedikit yang meyakini bahwa uang yang kita punya tidak menjamin kebahagiaan yang kita rasakan. Namun, sejumlah orang lainnya justru beranggapan sebaliknya: uang merupakan faktor penting untuk mendapatkan kebahagiaan. Benarkah demikian? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa uang bisa membeli kebahagiaan, asalkan dibelanjakan untuk membeli barang atau pengalaman yang sesuai dengan kepribadian kita.

Penelitan yang dilakukan oleh tiga ilmuan dari University of Cambridge ini melibatkan 700 partisipan dalam dua studi yang terpisah. Studi pertama dilakukan dengan cara menganalisis kepribadian dan riwayat belanja dari 625 orang nasabah sebuah bank di Inggris dalam periode 6 bulan terakhir. Sejumlah orang kemudian direkrut untuk mengklasifikasi 76 ribuan transaksi belanja yang dilakukan para nasabah tersebut ke dalam 5 kategori kepribadian. Dari analisis tersebut, tim peneliti menemukan bahwa secara umum, partisipan membelanjakan uangnya lebih banyak pada produk-produk yang sesuai dengan kepribadian mereka. Misalnya, orang-orang esktravert menghabiskan lebih banyak uang untuk minum-minum di bar dibandingkan orang-orang introvert.

Pada studi kedua, tim peneliti ingin melihat bahwa apakah perilaku belanja yang sesuai dengan kepribadian tersebut dapat meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan seseorang. Untuk mengetahuinya, mereka melakukan sebuah eksperimen terhadap 79 orang, di mana 43 di antaranya memiliki kepribadian introvert dan 36 orang lainnya berkepribadian ekstravert. Peneliti secara acak memberikan salah satu dari dua jenis voucher belanja kepada para partisipan. Satu voucher untuk membeli buku (belanja yang dianggap sesuai dengan kepribadian introvert), satu voucher lainnya untuk digunakan di bar (belanja yang dianggap sesuai dengan kepribadian ekstravert). Partisipan juga diminta untuk mengisi kuesioner mengenai keadaan emosional yang mereka rasakan di 4 waktu berbeda: (1) sebelum ikut penelitian, (2) segera setelah mendapatkan voucher, (3) saat menukarkan vouchernya untuk belanja, dan (4) 30 menit setelah mereka membelanjakan vouchernya. Dari eksperimen ini tim peneliti menemukan bahwa ketika kepribadian partisipan sesuai dengan jenis pembelanjaan yang dilakukan, maka ia akan merasakan lebih bahagia. Dalam hal ini, partisipan yang berkepribadian introvert merasakan emosi bahagia yang lebih tinggi ketika mereka membelanjakan voucher belanja buku, sedangkan partisipan ekstravert merasa bahagia ketika membelanjakan voucher di bar. Sebaliknya, kebahagiaan partisipan menurun ketika kepribadian mereka tidak cocok dengan jenis belanjanya.

Dari kedua studi tersebut, tim peneliti menyimpulkan bahwa kesesuaian psikologis merupakan faktor yang menentukan kebahagiaan yang bisa dibeli dengan uang. Mereka berpendapat bahwa mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sesuai dengan kepribadian seseorang dapat meningkatkan kebahagiaan kita. Dengan kata lain, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan psikologis, membelanjakan uang dengan cara yang “tepat” bisa dianggap sama pentingnya dengan menemukan pekerjaan yang tepat, lingkungan yang tepat, teman dan bahkan pasangan yang tepat, sesuai dengan kepribadian dan gaya hidup kita.

 

Artikel ini merupakan ringkasan dari artikel ilmiah “Money Buys Happiness When Spending Fits Our Personality” oleh Matz, Gladstone, & Stillwell (2016) yang diterbitkan di jurnal Psychological Science.

Author

  • Sunu Bagaskara

    Sunu Bagaskara adalah staf pengajar dan peneliti di Fakultas Psikologi Universitas YARSI dengan kajian di bidang Psikologi Sosial, Psikologi Lalu-lintas, dab Sosial Kognitif

    View all posts
Bagikan artikel ini

Artikel terkait