Psikologi forensik merupakan salah satu cabang dalam ilmu psikologi yang terus berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Secara umum, kajian dalam psikologi forensik menekankan pada konteks legal dalam berbagai aktivitas asesmen dan intervensi psikologis dalam proses penegakan hukum. Selain itu, psikologi forensik juga merupakan pendekatan penelitian dan teori psikologi yang di dalamnya berkaitan dengan berbagai dampak dari faktor kognitif, afektif, dan perilaku manusia terhadap proses hukum yang ada. Seperti apa peran psikologi forensik dalam proses hukum pidana?
Ilmu forensik sendiri dalam praktiknya terkait dengan cara untuk dapat mencari alat bukti kejahatan yang digunakan pada proses pengadilan. Interaksi antara ilmu psikologi dengan ilmu hukum semakin lama semakin meluas dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, peranan ilmu psikologi forensik sebagai ilmu yang mengaitkan antara bidang kejiwaan dan bidang hukum diperlukan salah satunya untuk berperan di dalam melakukan investigasi pada pelaku kriminal yang semakin marak terjadi.
Dalam menjalankan investigasi pada pelaku kriminal guna menyelesaikan sebuah perkara hukum, seorang psikolog forensik harus menjalankan tugas secara profesional, proporsional, efektif, dan efesien. Selain berdasarkan pada kemampuan manajerial dan kemampuan teknis dan taktis investigasi pada pelaku kriminal, psikolog forensik juga bekerja berdasarkan kode etik yang ketat. Seorang psikolog forensik harus memahami bahwa dalam upaya penegakan hukum, hakikat penting yang dipegang teguh meliputi ide serta konsep terkait keadilan, kebenaran, dan kebermanfaatan sosial.
Peran psikolog forensik untuk melakukan pemeriksaan terhadap kejiwaan pelaku tindak kriminal saat menjalani hukuman tahanan juga menjadi bagian penting dalam proses pengungkapan keadilan. Pada cara-cara tradisional, seringkali polisi menggunakan berbagai bentuk kekerasan dalam proses investigasi dengan tujuan agar pelaku mengakui kesalahan yang ia perbuat. Melalui metode ini, memungkinkan orang yang tidak bersalah akan mengakui perbuatan yang dituduhkan karena tidak tahan dan takut dengan kekerasan fisik yang diterimanya. Adanya psikologi forensik dinilai sangat membantu dalam jalannya proses investigasi terduga pelaku kriminal dengan tanpa mengesampingkan kesejahteraan psikologis pihak tertuduh. Selain itu, psikologi forensik juga dapat meningkatkan efisiensi proses investigasi melalui metode pengungkapan informasi yang tepat.
Dalam proses tahapan penegakan hukum, psikologi forensik berperan dalam empat tahap, yaitu :
- Tahap pencegahan (deterrent): psikologi forensik berperan untuk membantu aparat penegak hukum memberikan sosialisasi dan pengetahuan ilmiah kepada masyarakat bagaimana cara mencegah tindakan kriminal;
- Penanganan (pengungkapan dan penyidikan): psikologi forensik berperan untuk membantu polisi dalam mengidentifikasi pelaku dan motif pelaku sehingga polisi dapat mengungkap pelaku kejahatan;
- Pemidanaan: psikologi forensik berperan untuk menyediakan bukti terkait kondisi psikologis pelaku kejahatan, sehingga hakim menjatuhkan hukuman (pemidanaan) sesuai dengan alat bukti dan mempertimbangkan motif/kondisi psikologis pelaku kejahatan; dan
- Pemenjaraan: psikologi forensik berperan untuk mempermudah rehabilitasi pada pelaku kriminal.
Psikologi forensik saat ini mulai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari praktik proses penegakan hukum pidana, mulai dari proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan di sidang pengadilan. Peran pentingnya atara lain untuk mengetahui kondisi psikologis tersangka melalui proses asesmen mental, yang bertujuan mendeteksi apakah tersangka memiliki kondisi mental tertentu atau tidak, yang berkaitan dengan motif tindakan pidana yang sedang diproses. Selain itu, psikologi forensik juga berperan dalam mendeteksi kondisi sobriety (pengujian terkait apakah pelaku dipengaruhi oleh obat-obatan atau tidak), serta membantu mendapatkan keterangan tentang motivasi tersangka yang sebenarnya.